Lihat ke Halaman Asli

finiez habeahan

Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Ketika Teman Eccedentiast Person

Diperbarui: 13 Agustus 2024   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Setiap kita pasti pernah mengalami yang namnya eccedentiast person karena berbagai hal yang kita alami dalam menjalani hidup. Tapi untuk pengalaman kali ini saya merasa tertantang ketika menghadapi teman yang sedang mengalami eccedentiast person. Barangkali sahabat saya ini mengalami banyak masalah tetapi selalu ditutupi dengan senyum. Terlihat kuat tapi sebenarnya rapuh.

Dalam keseharian kami sahabatku ini terlihat ceria tapi cerianya tidak sesuai dengan reaksinya. Kebetulan saja kami bekerja ditempat yang sama namun berbeda tanggung jawab. Saya memperhatikan dia dalam beberapa waktu, saya merasa ada yang janggal dengan dirinya. Biasanya dia orang yang rileks, fast respon dan gembira. Setiap hari selalu ada cerita yang baru tentang pengalaman di unit kerja.

Akhir-akhir ini  sahabatku itu kehilangan cerita uniknya. Dia mulai tertutup dan tidak mau cerita. Dia hanya tersenyum manis ketika saya mengganggunya. Saya mencoba mencipatkan cerita lucu tapi dia seperti slowres aja, ekspresinya pun tetap datar. Selain itu, dia lebih memilih untuk menyendiri. 

Dia mulai mengerjakan segala sesuatunya dengan sendiri, yang biasanya penuh tanya ,sekarang malah menjadi mandiri benar. Pokoknya dia tidak pernah merepotkan saya lagi. Apapun nanti yang menjadi tanggungjawabnya semua di iyakan tanpa komunikasi panjang. Aku mulai bertanya tentang dirinya, ada apa dengannya ? Meski demikian ,saya mencoba untuk tetap tenang dan sabar untuk menunggu waktu yang tepat.

Saya melihat bahwa sahabat saya itu mencoba untuk tetap terlihat kuat tapi sebenarnya didalam rapuh,lemah. Dia berusaha untuk memoles seolah tidak terjadi sesuatu dengan dirinya. Terlihat kuat sebenarnya namun disisi lain dia menjadi pribadi yang sensitif. Ketika orang lain berbicara dan tidak sengaja melempar guyon kepadanya mukanya menjadi merah. Walau ia tersenyum tapi raut wajah mengungkapkan apa yang menjadi isi hatinya.

Suatu kesempatan yang bagus, ketika pulang sekolah saya mengajaknya untuk quality time sebentar saja. Kami pergi kepantai untuk rehat sejenak. Setibanya dipantai, seperti biasa kami pesan makanan dan minuman kesukaan yang menjadi menu favorit kami selama ini. Saya mencoba membuat jebakan batman kepadanya.Hehehe.  

Sambil berguyon saya berkata kepadanya," Hey kawan, akhir-akhir ini kamu terlihat cantik karena saya melihat matamu seperti mata panda. Apa sih tipsnya ? Kok kamu jadi kalem seketika,apa kamu tidak ingin diganggu ketika orang lain melihat mata pandamu itu ? Mendengar perkataan saya itu, ia mencoba menepis air matanya yang hampir jatuh.

Melihat dirinya yang mulai sesegukan, saya merangkulnya dengan pelan saya berbisik ditelinganya" Ceritakan saja, jangan telan bulat-bulat aku siap mendengarmu ". Kemudian, ia mulai memandangiku dengan serius sambil tersenyum. Ia mulai mengusap air matanya. Perlahan-lahan ia mulai bercerita tentang pengalaman hidupnya. 

Ternyata yang menjadi beban hidupnya adalah perihal tugas yang sedang ditanganinya saat ini. Adalah sebuah tanggungjawab yang besar ketika kita melakukan kesalahan yang tidak bisa diterima oleh banyak orang. Dengan kesalahan yang dilakukannya orang lain mulai menghakiminya.

Mendengar kisah cerita hidupnya, saya memang tidak banyak memberi solusi, hanya saja saya bisa mendengarnya kemudian menimbang keputusan yang akan dia lakukan dan mulai membantunya untuk mencari solusi agar bisa terselamatkan dari beban hidup yang berat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline