Lihat ke Halaman Asli

finiez habeahan

Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Tips Mengatasi Productivity Guilt

Diperbarui: 30 Juli 2024   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kalian pernah rasakan Productivity Guilt, nggak ? Apa yang kalian lakukan untuk mengatasi hal tersebut ? Selama saya berkecimpung didunia pendidikan yang kaya aplikasi saat ini, saya sering mengalami hal ini dan itu sering terjadi di akhir semester. Dimana saya harus bergelut dengan banyak aplikasi yang membuat otak hampir eror.  Bukan hanya aplikasi saja yang eror tapi otak juga kadang hampir hank..hehehehe canda ya...

Nah, teman-teman productivity guilt adalah rasa bersalah yang muncul karena merasa diri tidak produktif. Perasaan tidak nyaman ini biasanya muncul saat kitamerasa kurang maksimal dalam bekerja keras, gagal menuntaskan apa yang sudah direncanakan, atau bahkan tidak melakukan apa-apa  yang menunjang pencapaian kita.

Biasanya ada dua hal akibat yang kita alami dari productivity guilt ini, yang pertama  saya akan menjadi gila bekerja  atau workaholic karena merasa tidak akan menghasilkan apapun jika tidak sungguh-sungguh bekerja, kemudia yang kedua adalah merasa tertekan dan lelah  dengan keharusan untuk produktif ini sehingga akhirnya tidak melakukan apa-apa.

Lalu bagaimana cara mengatasi productivity guilt ini? Naj, berikut ini saya bagikan tips sederhananya..

1. Fokus pada pilihan bukan keharusan

Teman-teman kata harus memang dapat memotivasi kita untuk bekerja sungguh-sungguh. Namun jika kata Harus terus-menerus digunakan,justru akan menciptakan perasaan tertekan. Nyatanya , tidak ada keharusan dalam melakukan apapun, kita diberi kebebasan untuk memilih. Tentu saja setiapp pilihan ada konsekuensinya.. Jadi daripada mengatakan " saya harus produktif" lebih baik kita berkata " saya memilih  untuk jadi pribadi yang produktif.. Coba saja kamu pasti mengalami perbedaan kalimat sederhana itu...

2. Fokus pada Intensi, bukan ekspektasi

Setiap hari kita punya ekspektasi tentang bagaimana hari  kita dipenuhi dengan hal-hal baik. Kadang kala hari yang kita jalani tak sesuai dengan ekspektasi. Emtah itu karena banyaknya interupsi atau distraksi yang terjadi. Saat keinginan tak sesuai ekspektasi kita akan dilanda rasa kecewa dan menyalahkan diri sendiri. Padahal bisa saja  interupsi yang terjadi memang tidak bisa dihindari.

Inilah sebabnya ada baiknya kita fokus pada intensi bukan ekspektasi. Intensi adalah alasan dibalik apa yang kita lakukan. Jika kita memang sudah berniat produktif, sudah berusaha optimal dan hasilnya tidak sesuai harapan, itu tidak apa-apa. Kita bisa geser sebagaianrencana kita untuk esok hari. Tidak perlu toxic terhadap diri sendiri karena kenyataannya  pekerjaan kita lebih banyak dari pada waktu yang tersedia

3. Fokus pada keunggulan, buka kesempurnaan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline