Lihat ke Halaman Asli

Menantang Batin (Part: 02)

Diperbarui: 4 Februari 2023   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangisan Atin/ Ilustrasi Gambar: palembang.tribunnews.com

Dia anak ke-3 dari 4 bersaudara. Kakak pertamanya biasa disapa "mas Nur". Dan adik-adik-adik Mas Nur semua perempuan termasuk Atin. Mas Nur sudah pergi mendahului semua wanita dalam hidupnya ketika Atin duduk di bangku SMP.

Sebelum kepergian Mas Nur, ayah Atin yang meninggal duluan. Meninggalkan juga luka terdalam sampai malam ini. "Kalau Atin mengetahui do'a orang terdzolimi itu terijabahi, Atin akan menarik kata-kata Atin kak" ucapnya. "Memang apa yang sebenarnya terjadi Atin?" tanyaku dengan lembut. Aku benar-benar semakin penasaran.

"Kala itu Atin berdoa agar ayah terjatuh, mati dan bongko (bahasa kasar atinya hancur). Dan 7 hari setelah itu, ayah Atin kecelakaan dari mobil. Beliau meninggal seketika di tempat kejadian" jelas Atin. Aku hanya terus menatapnya dalam-dalam. Aku ingin masuk ke dalam hati Atin, ikut merasakan betapa pahitnya kalimat tersebut terucap.

"Maaf Atin, kalau kakak boleh tau. Kenapa Atin berdo'a yang jelek untuk ayah?" tanyaku dengan ragu, tapi aku semakin penasaran. "Ketika Atin pulang dari sekolah sore hari, ayah marah besar. Sampai-sampai ayah menonjok wajahku dengan keras. Aku sedikit kaget! Apa hanya karena aku datang telat ayah bersikap seperti orang yang sedang kesurupan. Tidak cukup disitu kak, (tiba-tiba Atin menangis lagi dan suaranya lebih keras)"

"Sudah Atin tidak mengapa, menangislah lebih kencang! Luapkan semua apa yang selama ini Atin pendam dalam-dalam" kataku sembari mengusap punggungnya agar perasaannya sedikit tenang. Setelah cukup lama ia menangis, "Atin ini minum dulu" ku buka tutup botol mineral dan kuberikan untuknya.

Selesai meneguk sedikit air, Atin kembali bercerita, "Atin dicekik ayah kak! Sebelum Atin benar-benar kesakitan, ibu sudah menarik tubuh ayah dengan keras dibantu oleh nenek. Kemudian Atin berlari menuju pelukan mas Nur. Atin menangis dan ketakutan. Hati Atin bertanya-tanya, 'apa salah Atin, apa hanya karena Atin tidak sampai rumah di siang hari?' Tapi mengapa ayah sejahat itu! Batin Atin beradu dengan pertanyaan-pertanyaan semu sampai pada do'a untuk ayah yang jelek terucap dari lisan Atin."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline