Lihat ke Halaman Asli

Dari Mereka Aku Belajar

Diperbarui: 24 Desember 2022   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan malam ini baru saja reda, menyisakan udara dingin dan genangan air dimana-mana.Aku Kembali berkutat dengan alat tulisku, mencoba mengingat-ingat memori yang telah berlalu sambil terus mencoba Menyusun kata.

Menit berlalu, tetapi belum ada sesuatu yang berhasil ku tulis.Mataku menyapu ke sekeliling, orang-orang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.Pandanganku berhenti sebentar pada langit malam dan lagi, aku teringat dengan mereka.Ya, mereka yang pernah hadir mewarnai hari-hariku, yang mengajariku tentang banyak hal.

Flashback On

Yang pertama sebut saja Aya. Dia adik kelas 3 tingkat di bawahku. Sejak masih santri baru, Aya sudah dekat denganku. Ia sering menceritakan pengalamannya sebelum memutuskan pindah sekolah ke ma'had, sama sekali tak mempermasalahkan jika harus mengulang dari kelas 1. Aya adalah anak yang pendiam, perhatian, dan murah senyum, sampai-sampai adik sahabatnya sangat lengket dengannya, seperti saudara kandung. Tak ada yang bisa dibenci darinya.

Tahun-tahun berlalu, banyak kejadian yang harus Aya lewati. Sekalipun dipandangan mata kami (kakak kelasnya) ia termasuk kategori anak baik dan tak bermasalah, tetap saja ada mata-mata yang memandangnya rendah.Tentu bukan dari kalangan kakak dan adik kelas maupun asatidz, melainkan dari teman sekelasnya sendiri.Kami sendiri heran apa yang jadi masalah dari Aya.Padahal, dia bukan anak yang suka ikut campur urusan orang dan cenderung pendiam.

Pernah suatu malam Aya datang menghampiriku di pojok masjid, ia memintaku menuliskan sebuah kata-kata.Awalnya aku heran "Ada apa dengan anak ini?"pikirku.Ketika aku tanyakan alasannya meminta kata-kata, dia tersenyum dan hanya mengatakan jika sedang ingin saja.Aku diam sejenak menatap matanya, jelas disana ada hawa kesedihan yang disembunyikan.Aku mengalah untuk menuliskannya karena dia terus memaksa.

" Semua berawal dari sini..

Pertemuan antara aku, kau, dan kita semua..

Dan pastinya dalam sebuah pertemuan..terjadi suatu kesalahan..

Karena, kita diciptakan dengan sifat pelupa..

Jangan bersedih, jangan menangis..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline