Lihat ke Halaman Asli

Fingki Afianti

mahasiswa antropologi untad

Review Antropologi Agama, Program Studi Antropologi Untad

Diperbarui: 19 Desember 2023   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fingki Afianti/B30121031

Materi Dosen Pertama : Ibu Rismawati, S.Sos., MA

Antropologi agama adalah bidang ilmu dalam studi antropologi yang mempelajari manusia, budaya, dan agama dalam kaitannya dengan bagaimana manusia menafsirkan makna agama dan  menjalankan kehidupan keagamaannya dalam keseharian atau disebut juga Antropologi Religi. Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, asal kata anthropos berarti manusia, dan logos berarti ilmu, dengan demikian secara harfiah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Pengertian agama berdasarkan asal kata yaitu al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca.

Antropologi agama adalah salah satu cabang ilmu yang banyak mendapatkan perhatian para pakar ilmu sosial. Cabang ilmu antropologi agama ini diyakini oleh banyak pakar sebagai salah satu alat studi yang akurat dalam melihat reaksi antara agama, budaya, dan lingkungan sekitar sebuah masyarakat. Antropologi agama menunjuk kepada suatu penghubung yang unik atas moralitas, hasrat, dan kekuatan dengan dikendalikan dan kemerdekaan, dengan duniawi dan asketisme, dengan idealis dan kekerasan, dengan imajinasi dan penjelmaan, dengan imanensi dan transendensi yang merupakan sisi dunia manusia yang berbeda dengan makhluk lain.

 

Ada 4 metode yang digunakan dalam mempelajari antropologi agama:

Yang pertama, Metode Historis: adalah metode studi agama dengan menelusuri asal-usul agama dan mengumpulkan data sejarah. Yang kedua, Metode Normatif : adalah metode studi agama dengan mengkaji norma-norma, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang beragama. Yang ketiga Metode Deskriptif: adalah dengan mencatat, merekam dan memerhatikan segala sesuatu yang berkaitan dengan agama. Dan yang keempat Metode Empiris: adalah memerhatikan segala sesuatu yang di pikirkan, diyakini, dirasakan, dan dilakukan manusia.

Teori Asal-usul Agama

Teori Batas Akal : Teori ini menyatakan bahwa permulaan munculnya agama disebabkan manusia mengalami gejala-gejala yang tidak dapat dijelaskan oleh akalnya. Teori   bats akal ini berasal dari pendapat seorang ilmuwan besar Inggris, James G. Frazer. Menurut Frazer, manusia bisa memecahkan berbagai kehidupan hidupnya dengan akal dan sistem pengetahuannya. Tetapi akal dan sistem pengetahuan itu ada batasnya, dan batas akal itu meluas sejalan dengan meluasnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu semakin maju kebudayaan manusia, semakin luas batas akalnya.

Teori Wahyu Tuhan : Teori ini menyatakan bahwa kelakuan religius manusia terjadi karena mendapat wahyu dari Tuhan. Teori ini dikembangkan oleh seorang antropolog Inggris bernama Andrew Lang. Pendapat Andrew lang ini kemudian dilanjutkan oleh W Schmidt seorang tokoh besar antropologi dari Austria. Dalam hubungan ini, ia percaya bahwa agama berasal dari wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia pada masa permulaan ia muncul di muka bumi ini.

Teori Kekuatan Luar Biasa : Teori ini mengatakan bahwa agama dan sikap religius manusia terjadi karena adanya kejadian luar biasa yang menimpa manusia yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Teori ini diperkenalkan oleh seorang ahli antropologi Inggris yang bernama R.R Maret dalam bukunya The Threshold Of Religion.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline