Lihat ke Halaman Asli

Findriyani 20

Studen exchange Institut Teknologi Bandung 2022

Kampurui, Pengikat Kepala dari Sarung Tenun Khas Sulawesi Tenggara

Diperbarui: 13 Desember 2022   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara yang kaya. Persis seperti daerah lainnya Sulawesi Tenggara memiliki atribut yang menjadi ciri khasnya sendiri. Sebagai bentuk kearifan budaya kampurui adalah sebutan untuk ikat kepala bagi laki -laki yang terbuat dari kain tenun. Kampurui ini biasa digunakan pada saat acara kebudayaan dan keagamaan.

Kampurui juga menunjukkan strata seseorang apakah dia golongan "Lalaki/ Kaomu" (Bangsawan), golongan "Walaka" (Penasehat), dan golongan "Papara" (rakyat). Kampurui ini memiliki makna sebagai sebagai tanda kebesaran diibaratkan sebagai jelmaan sang surya atau matahari yang bersinar menyinari alam raya. Simbol tersebut melambangkan sifat seseorang yang jujur, bijak, lemah lembut hatinya. 

Penggunaan kampurui ini sangat berkaitan dengan masa Kesultanan Buton dalam memerintah. Pakaian ini dipakai oleh seorang bangsawan seperti Kesultanan Buton dalam menangani pemerintahan, sehingga seorang sultan sangat berwibawa ketika memakai kampurui ini.

Saat ini kampurui bukan hanya digunakan oleh para petuah adat tetapi juga anak muda ketika menghadiri acara besar seperti pernikahan, keagaamaan, kebudayaan, dan lainnya. Hal ini juga mendorong semakin dilestarikannya produk lokal Sulawesi Tenggara.

Daftar Pustaka

Asis A, Herianah, Pelestarian B, Dkk. MAKNA LAMBANG PAKAIAN ADAT PERNIKAHAN BUTON PADA KAOMU DAN KELOMPOK WALAKA DI KOTA BAUBAU: STUDI SEMIOTIK. Diterbitkan Online 2020. Doi:10.36869/Pjhpish.V6i2.139




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline