Lihat ke Halaman Asli

findraw

Indescripable

Hijab Adalah Tentang Penampilan

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14085198301358629159

Pada suatu kesempatan saya melihat foto profile teman di aplikasi Whatsapp yang kebetulan menarik perhatian saya.


Di kesempatan yang lain, di sebuah halaman Facebook saya membaca berita mengenai seseorang yang dulu pernah menyandang predikat penyanyi cilik kenes, yaitu Maissy, yang kini telah menjadi seorang dokter dan ibu rumah tangga yang mengenakan hijab. Kalau saja artikel itu ttg seorang penyanyi cilik yang kemudian menjadi dokter mungkin hal itu tidak akan terlalu menarik perhatian saya. Dengan dukungan materi yang lebih dari memadai (modal, kapasitas otak, dan pembentukan karakter yang intens) maka logikanya hanya masalah waktu seorang Maissy, dan yang semisalnya, akan menjadi dokter. Tapi seorang artis cilik yang sedari kecil dan sebagian besar waktunya dipenuhi oleh penampilan oke, prestasi mocer, hingar-bingar populritas dan lingkungan gemerlap maka kehadiran sebuah jilbab menjadi sesuatu yang jauh, jika tidak boleh dibilang: tak terpikirkan. Tapi begitulah, yang namanya hidayah tidak tunduk pada logika. Saya hanya bisa mendoakan semoga Maissy diberikan kebahagiaan dalam pilihannya, serta istiqomah dalam menjalaninya.

Fakta yang terjadi saat ini banyak orang memadang sinis perempuan-perempuan yang sekedar menjilbabi fisiknya namun bukan kelakuannya. Wajar saja, di masyarakat kita saat ini jilbab identik dengan keshalihahan. Namun sayangnya stigma ini kemudian malah menjadikan muslimah-muslimah yang lain menunda kewajiban mengenakan jilbabnya karena merasa belum cukup baik untuk memakainya. Padahal sebenarnya jilbab merupakan sebuah awal; sebuah gerbang dari proses yang (diharapkan) tidak akan pernah berhenti, melainkan terus tumbuh dan berkembang hingga ajal menjemput. Jilbab bukanlah sebuah pencapaian; bukanlah sebuah ganjaran atas perilaku yang telah baik. Tapi sebaliknya, jilbab merupakan salah satu sarana untuk menjaga diri dalam berproses menjadi pribadi selalu yang lebih baik lagi. Dan jika dalam proses tersebut seseorang harus terpeleset dan tak sanggup bangkit sendiri, bukankah kita harus menolong dan mendukungnya?

Menengok pro dan kontra kehadiran jilbab gaul, yang sekarang disusul lagi dengan fenomena jilboob, sejatinya itu hanyalah sebuah proses untuk menjadi tahu. Sebagai manusia yang setiap-setiapnya wajib melalui jejang dilahirkan sebagai seorang bayi yang tidak tahu apa-apa, maka merupakan sebuah berkah ketika proses belajar yang telah sampai sejauh ini kemudian mengantarkannya kepada pilihan untuk berjilbab. Dan ketika proses belajarnya telah berlanjut maka logikanya adalah para jilbabers gaul maupun jilboobers itu akan makin memahami makna hijab yang sesungguhnya. Dan saat itu tiba, saat penampilan bukan lagi prioritas utamanya (tidak lagi muda, mungkin?), saat dia menyadari bahwa memberikan kesan terbaik ketika mempertanggungjawabkan setiap tindakannya dalam sidang di hadapan Sang Penciptanya kelak adalah sesuatu yang lebih patut diperjuangkan, maka semoga mereka kemudian akan lebih mempersiapkan penampilan tersebut sejak sedini mungkin.

1408519525370701793


Terlepas dari dari perdebatan orang-orang pintar tentang kepada siapakah sesungguhnya perintah berhijab itu diturunkan; kepada seluruh muslimahkah, atau khusus bagi istri-istri rasulkah, atau hanya kepada muslimah-muslimah jaman dahulu sajakah, tidak bisa dipungkiri bahwa jilbab selalu diasosiasikan dengan sesuatu yang baik. Menarik untuk mengamati strategi yang dilakukan oleh para tersangka/terdakwa yang dihadirkan sidang pengadilan. Demi melindungi diri dari sanksi yang diancamkan, banyak diantara mereka, yang dalam upaya memberikan kesan baik kepada hakim dan khalayak, memilih jilbab, kerudung, songkok, atau pun baju koko sebagai atribut penampilannya. Hijab adalah perintah Tuhan. Terlepas dari subyek perintah yang terus diperdebatkan, perintah Tuhan sejatinya merupakan alat perlindungan demi kebaikan manusia itu sendiri. Dan barang siapa patuh, maka keselamatan dan kemuliaanlah baginya.

14085208441140652999


Jilbab adalah sebuah kebaikan. Dan sesuatu yang baik jika dilakukan dengan cara yang baik maka tidak akan menghasilkan melainkan kebaikan pula. Jikalah memang perintah berhijab itu memang tidak diperuntukkan bagi perempuan-perempuan jaman sekarang, namun lantas ada perempuan-perempuan yang menginginkan kemulian serupa istri-istri rasul, maka sesungguhnya Alloh-lah yang berhak memberikannya. Alloh memahami keinginan mereka, Alloh mengetahui usaha mereka meraih kemuliaan itu, dan Alloh pula yang akan membalas usaha tersebut, bukan para pendebat itu.

Alloh itu Maha Adil. Alloh memahami bahwa kemampuan hamba-NYA berbeda-beda. Alloh tidak akan membebani hamba-Nya di luar kemampuannya saat itu. Serta Alloh menganugerahkan balasan berdasarkan seberapa besar tindakan yang telah diusahakan. Alloh itu Maha Kuasa; tidak akan mengambil jalan paling gampang dengan menyamaratakan daya tahan dan daya juang seluruh hamba-Nya. Alloh menciptakan perbedaan (baca: kelemahan) bukan agar manusia berputus asa, melainkan agar manusia maklum dan mau memaafkan kelemahan/kesalahan sesamanya. Dan Alloh menciptakan perbedaan (baca: kekuatan) bukan agar manusia berpuas diri, melainkan agar manusia tidak berputus asa dalam berjuang mengembangkan kapasitas diri maupun menolong sesamanya.

Maka, bagi para muslimah yang saat ini masih gamang mengenakan jilbab karena kuatir omongan orang, janganlah risau. Karena bukan orang-orang itu yang akan memberikan kemuliaan bagi kalian. Kalian sendirilah yang harus mengupayakannya. Sebesar apa? Kalian sendirilah yang paling paham daya juang dan daya tahan masing-masing. Dan bagi para jilboobers dan hijabers gaul, teruslah belajar, tingkatkan kapasitas dan berkembanglah. Sebagai murid, tinggal kelas adalah predikat yang sangat tidak menyenangkan bukan? Dan dunia ini adalah ruang kelas yang sesungguhnya dengan kita sebagai murid-murid, dengan bekal otak dan hati  sebagai pembimbing serta Quran sebagai buku pedoman, agar kelak kita mampu menyadang predikat Summa Cum Laude saat diwisuda oleh Sang Pencipta.

1408520801837532659


Artikel terkait:
Kesederhanaan yang Glamour

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline