Lihat ke Halaman Asli

Decak Kekaguman pada “Masjis Tiban”, Masjid dengan Ornamen Timur Tengah

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Unik bukan masjid ini? Masjid dengan ornamen Timur tengah dan hampir keseluruhan bangunan masjid ini terbuat dari marmer. Warga sekitar biasa menyebutnya dengan “Masjid Tiban” karena masjid ini muncul secara tiba-tiba oleh warga. Konon, masjid yang megah ini dibangun tanpa sepengetahuan warga sekitar. Bahkan ada mitos yang menyebutkan bahwa masjid ini dibangun oleh para jin dalam waktu semalam. Benarkah demikian? Kalau benar demikian ceritanya, berarti mirip dengan cerita sejarah candi prambanan yang konon katanya, Bandung bandowoso membuatkan 100 patung untuk Roro Jonggrang dalam waktu semalam dengan bantuan para jin. Begitu pula dengan cerita sangkuriang. Berita ini benar-benar membawa saya dalam imajinasi dan penasaran yang dahsyat. Ingin sekali saya bisa mengunjungi Masjid Tiban tersebut. Dengan penuh semangat dan rasa penasaran, saya berusaha mencari tahu asal muasal sejarah masjid Tiban tersebut.

Ya, di Masjid ala timur tengah, denyut kehidupan memang dimulai lebih awal dibandingkan masjid-masjid lain yang pernah saya kunjungi di Indonesia. Pada tanggal 18 desember 2013, Tepat pukul 09.30, saya dengan ditemani oleh teman-teman seperjalanan dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yaitu Fikri, Hana, Naila, Dian, Enggar, Hanin, dan Zami segera bergegas pergi menuju Masjid Tiban.Dengan rasa was-was kami menyusuri jalan karena khawatir akan tersesat. Maklum, that was our first time visiting there. Sebelumnya, memang tidak ada diantara kami yang mengetahui lokasi Masjid tiban. Ini baru pengalaman pertama saya yang cukup stress saat hendak berwisata. Bagaimana tidak? kami bingung angkutan yang mana yang harus kami naiki untuk bisa sampai di masjid Tiban. Di sepanjang jalan, kami bertanya dengan orang-orang sekitar. 1 jam kemudian, bus turun di pertigaan turen. Setelah kami turun dari bus, saya dibingungkan lagi oleh lokasi masjid Tiban. Dan ternyata,Masjid ini jauh dari jalan raya. Lumayan susah dicari karena beradadi pelosok desa. SehinggaKami harus berjalan sejauh 2 km untuk bisa sampai tujuan. Jam nyaris berdetak ke angka sebelassaat saya dan teman-teman sampai di Masjid Tiban.

Masjid Tiban sebenarnya adalah sebuah Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah ( Bi Ba’a Fadlrah ) yang berarti tersirat sebuah makna “Laut madu”. Wow ! keren juga kan namanya? Sangat sesuai dengan bangunan. Masjid ini terletak di Jalan KH Wahid Hasyim, Gang Anyar, Desa Sanarejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pendirinya adalah KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Sholeh Al Mahbub Rahmat Alam atau dikenal sebagai Romo Kiai Ahmad. Ponpes ini dibangun sejak tahun 1978 dengan tanah seluas 5 hektar. Bangunan ponpes ini menampung sekitar 200 santri.

Pengasuh pondok pesantren Bi Ba'a Fadlrah, Kyai Haji Ahmad Hasan (menantu Romo Kiai Ahmad) menjelaskan bahwa pendirian bangunan di pondok pesantren yang diketahui warga ada secara tiba-tiba. Menurutnya, semua pembangunan bersifat transparan karena dikerjakan oleh santri dan jamaah. “Sebenarnya pondok ini dibangun sesuai dengan orang-orang membangun secara lahiriah” Ungkapnya. Pembangunan Masjid Tiban ini tidak meminta donatur dari pihak manapun. Pembangunan Masjid murni dana dari pemilik ponpes sendiri. Ya, pantas saja para warga geger kalau masjid semegah berdiri secara tiba-tiba tanpa ada penyaluran dana dari para warga ataupunpihak lain. Tapi kalau menurut saya ya wallahu a’lam. Yang penting bagaimana cara kita untuk selalu berpikir positif dan memanfaatkan masjid tersebut dengan baik.

Berita “Masjid Tiban” telah menyebar hingga ke daerah luar Malang. Saat ini, masjid tiban menjadi tujuan wisata religi favorit bagi para wisatawan. Setiap hari ponpes ini didatangi oleh wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan kabarnya ada yang jauh-jauh datang dari luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sumatera. Masjid Tiban menjadi salah satu tempat wisata murah di Malang karena setiap pengunjung tidak dipungut tiket masuk. Tapi, setiap pengunjungharus daftar di loket tiket untuk masuk dan keluar hanya untuk cek pengunjung. Keindahan Masjid Tiban yang berdiri kokoh menantang matahari, mengundang decak kagum saya. Begitu menarik, unik dan mempesona. Sejenak saya menatap langit dan menghela nafas, lalu menyisir setiap sudut bangunan ponpes yang memiliki arsitektur sangat megah ini. Arsitek dari pembangunan ponpes ini bukanlah seseorang yang belajar dari ilmu arsitektur perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok, KH Achmad Bahru Mafdloludin Sholeh. Karenanya, bentuknya menjadi sangat unik, seperti perpaduan Timur Tengah, China dan modern.

Bangunan utama pondok dan masjid tersebut sudah mencapai 10 lantai. Bangunan ini juga memiliki banyak ruangan dan koridor. Dan rencananya, masjid ini akan dibangun hingga 18 lantai.Tingkat 1 sampai dengan 4 digunakan sebagai tempat kegiatan para Santri Pondokan, Di bagian dalam terdapat perpusatakaan dan ruangan aquarium yang bisa dimasuki oleh pengunjung. Banyak juga beberapa dokumentasi berupa foto-foto para artis terkenal yang telah berkunjung di sana. Lantai 5 seperti ruang keluarga, sedangkan lantai 6, 7, 8 terdapat toko-toko kecil yang di kelola para Santri. Berbagai macam makanan ala Malang dijual dengan harga murah, selain itu ada juga barang-barang yang dijual berupa pakaian, sarung, sajadah, jilbab, tasbih kayu kaoka dari turki, aneka songkok dan sebagainya. Dua lantai di atasnya lagi, yaitu lantai 9 dan 10 berisikan puluhan tanaman bunga tertanam di dalam pot. Tak hanya unik, di dalam ponpes tersebut juga tersedia kolam renang, dilengkapi perahu yang hanya khusus untuk dinaiki wisatawan anak-anak. Di dalam komplek ponpes itu juga terdapat berbagai jenis binatang seperti kijang, monyet, kelinci, aneka jenis ayam dan burung. Bagi yang ingin berziarah bisa mengunjungi makam sang pendiri ponpes, Romo Kiai Ahmad, yang terletak tak jauh dari pusat bangunan.

Di sisi lain, mata dan lensa saya dimanjakan oleh eksotika ukiran kaligrafi yang sangat kental menghiasi seluruh dinding serta tiang yang digunakan sebagai penyangga masjid. Gontai langkah saya pun perlahan mengukir lantai. Didorong penasaran yang tinggi untuk menyaksikan pemandangan yang lebih leluasa, saya mencoba mengumpulkan keberanian mendaki anak tangga hingga mencapai lantai ke-10. Terlihat semua menara-menara tinggi yang mengelilingi masjid. Sungguh memanjakan mata. Rasa lelah yang saya rasakan sejak pagi hari seolah terbayar lunas, manakala disuguhkan kebesaran Allah yang begitu memukau. Di atas, saya melepas penat sekaligus menikmati karuniaNya. Sungguh, aku memuji kebesaran Allah yang menciptakan segala keindahan di alam semesta ini. Tak lupa saya mengambil beberapa gambar-gambar bagus dengan memotret setiap objek di sana. Hari semakin sore. Akhirnya, saya dan teman-teman segera kembali ke kampus UIN Maliki Malang.Perjalanan yang sungguh menyenangkan bagi saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline