Lihat ke Halaman Asli

fina siti fauziyah

warisan diri, rekam jejak insan yang pernah singgah di bumi. semoga bermanfaat

Dunia Luar Bukan Dunia Liar

Diperbarui: 23 Maret 2017   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masa kanak-kanak adalah masa keemasan, dimana pada masa ini terjadinya proses pembentukan karakter dan kecerdasan pada diri seseorang. Namun permasalahan yang sering terjadi, orang tua salah mengartikan dunia luar sebagai dunia liar. Akibatnya, orang tua banyak membatasi kegiatan anak dengan dunia luar. Meskipun, pada hakikatnya setiap orang tua berkeinginan memberikan yang terbaik pada anaknya, namun pada kasus ini, tindakan tersebut tidak dibenarkan.
Dunia liar hanya akan terjadi jika orang tua tidak memberikan perhatian, kasih sayang dan pengontrolan pada anak dalam interaksi mereka dengan dunia luar. Dunia luar memberikan banyak pengalaman pada anak, dimana akan membantu proses pengoptimalan pada potensi anak. Hal ini tidak akan terjadi jika orang tua belum paham akan pentingnya dunia luar bagi anak. Dunia luar akan membantu proses pembelajaran anak dalam bersosialisasi pada lingkungan , mengenal alam, eksperimen, dan banyak hal unik lainnya. Namun, semua itu tidak akan terjadi jika orang tua tidak memberi kesempatan pada anak dan memberikan kontol yang baik pada anak.
Seperti dalam contoh kasus berikut, Kesya adalah seorang anak perempuan yang cerdas, kini ia duduk di kelas 8 SMP pada usia 13 tahun. Meskipun usianya paling kecil diantara teman-temannya namun ia selalu menjadi bintang kelas di sekolahnya. Namun permasalahannya, setiap teman yang mendekatinya merasa kesulitan, karena ia sangat pendiam, bahkan keluarganya pun mengakui hal yang sama, mereka merasakan sulit berkomunikasi dengan Kesya, selain ia sangat pendiam, takut mencoba hal yang baru, tidak suka keramaian dan ia juga cepat merasakan bosan ketika melakukan aktifitas. Melihat perilaku Kesya yang seperti itu, wali kelasnya menelusuri faktor penyebabnya. Ternyata, setelah bertemu orang tuanya, wali kelasnya pun memahami kenapa Kesya berprilaku seperti itu. Hal itu disebabkan, karena Kesya sejak kecil ditinggal oleh ayah dan ibunya ke kantor, dan menitipkannyadi rumah tantenya yang berprofesi sebagai pedagang, yang sibuk dengan pembeli-pembelinya. Selain itu, orang tuanya terlalu memberikan pengawasan yang ketat padanya, sehingga setiap pulang sekolah ia jarang bermain bersama teman-temannya, terkecuali teman-temannya yang datang kerumah. Sehingga hal ini memberikan dampak pada sikap yang dimiliki Kesya, yang kurang peka pada lingkungan sekitar.
Dari contoh kasus diatas, sebagai orang tua,baiknya kita memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi di dunia luar, selama kegiatan itu baik. Namun, kita juga tidak boleh lengah dalam memberikan perhatian dan pengontrolan yang baik, agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline