Lihat ke Halaman Asli

Hakikat Manusia dalam Filsafat

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia
adalah makhluk Tuhan yang tersusun atas kesatuan hermonik jiwa raga dan eksis
sebagai individu yang memasyarakat. Manusia sebagai makhluk yang lemah yang
keberadaanya sangat ditentukan secara mutlak oleh sang pencipta. Manusia tidak
dapat berbuat apa-apa terhadap Sang pencipta, kecuali pasrah. Segala potensi
alam oleh manusia perlu diolah agar lebih bisa memberikan pemenuhan kebutuhan
yang sesuai. Sebagai mahkluk yang berpikir, jiwa dan badan manusia senantiasa
berhadap-hadapan sebgaia individu yang otonom dan berjiwa bebas berhadapan
dengan kecenderungan sosialnya.

Hakikat
pribadi manusia sebagai jiwa dan raga mempunyai kebutuhan dan kepentingan
masing-masing. Kedudukan manusia sebagai makhluk individu dan sosia; juga
menuntukkebutuhan dan kepentingan sendiri-sendiri. Semestinya manusia sadar
pada keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan dan mahkluk sosial. Dengan
denikian, pemikiran-pemikirannya senantiasa dipertimbangkan nilai-nilai
minimalnya sehingga mampu meluruskan pembelokan-pembelokan pemikiran yang
fungsional-pragmatis tersebut. Dengan kesadaran penuh yang dimiliki manusia, ia
selalu mempertimbangkan nilai-nilai yang baik dan buruk bagi dirinya.

Filsafat manusia secara
spesifik menyoroti hakikat atau asensi manusia. Semua cabang filsafat pada
prinsipnya bermuara pada persoalan asasi mengenai esensi manusia, yang tidak
lain merupakan persoalan yang secara spesifik menjadi objek kaian filsafat
manusia.

Berbeda dengan
ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat manusia yang menggunakan metode sintesis
dan reflektifitu, mempunyai ciri-ciri
ekstensif, intensif, dan kritis. Berdasarkan pengalaman dan berbagai
pengetahuan tentang manusia, para filsuf mencoba “menyaring” dan
“menggolongkan” isi pengalaman dan pengetahuan tersebut ke dalamatau dua kategori realitas peling mendasar,
yang diandaikan sebagai hakikat dari semua umat manusia.

Ciri
ekstensiffilsafat manusia dapat kita
saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang digeluti
oleh filsafat ini. Filsafat manusia bersifat sinopsis dan universal, mencakup
segenap aspek dan dimensi yang terdapat dalam realitas manusia, maka ia tidak
mungkin bisa mendeskripsikan semuanya itu secara rinci dan detail.Filsafat manusia hanya menggambarkan realitas
manusia secara garis besar saja. Meski demikian, pada prakteknya tidak semua
filsafat memperhatikan aspek-aspek atau dimensi-dimensi tersebut secara
seimbang.

Ciri lain dari filsafat
manusia adalah penjelasannya yang intensif. Filsafat adalah kegiatan yang
intelektual yang hendak menggali inti, hakikat, akar, atau stuktur dasar, yang
melandasi segenap kenyataan. Menurut penganut dualisme tentang manusia ,
hakikat manusia pada prinsipnya sama dengan hakikat alam semesta, yakni
substansi yang memiliki sifat dasar rex
extensa
dan res cogitans, atau
substansiyang memiliki keluasan dan
substansi yang berpikir.

Ciri
kritis filsafat manusia berhubungan dengan dua metode yang dipakainya (sintesa
dan refleksi) dan dua ciri yang terdapat di dalam isi atau hasil flsafatnya(ekstensi
dan intensif). Karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain
adalah untuk memahami diri manusia sendiri ( pemahaman-diri). Filsafat manusia
pun sangat peka terhadap upay-upaya untuk mensimplifikasikan hidup manusia.
Karena filsafta manusia hendak memahami manusia secara ekstensif dan intensif,
maka ia tidak puas terhadap pengetahuan atau informasi yang bersifat sempit,
dangka, dan simplistis tentang manusia. Sambil menjalankan usahanya dalam
memahami manusia secara ekstensif dan intensif , filsafat manusia tidak
memahami tidak henti-hentinya mengecam kekuatan-kekuatan atau ideologi-ideologi
yang ada dibelakang upaya simplifikasi.

Manfaat
mempelajari manusia adalah mencari dan menemukan jawaban tentang siapakah
sesungguhnya manusia itu. Akan tetapi filsafat manusia tidak menawarkan jawaban
yang tuntas, dan seragam tentang manusia. Oleh sebab itu, setelah kita
mempelajari filsafat manusia, maka paling tidak kita akan dapatkan sebuah
pelajaran berharga tentang kompleksitas manusia, yang tidak pernah
habis-habisnya dipertanyakan apa makna dan hakikatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline