Perceraian merupakan salah satu kasus yang sudah tak asing lagi di Indonesia. Anak lah yang menjadi korban dari kasus perceraian tersebut. Perceraian sangat membuat stres pada anak. Pertama stres mengenai konflik pernikahan kemudian perpisahan orang tua dengan kepergian salah satu orang tua, biasanya ayah. Anak pada usia pertengahan (sekitar 7 tahun) belum sepenuhnya mengerti ataupun memahami apa yang sedang terjadi. Selain berdampak pada anak, kasus perceraian juga berdampak pada orang tua anak itu sendiri. Terkadang mereka stres mengenai pembagian harta gonogini dan hak asuh anak mereka.
Bagi anak, perceraian merupakan tanda kematian yang menghancurkan keutuhan keluarganya. Rasanya seperti separuh diri anak telah hilang, hidup tidak sama seperti yang dahulu ketika tertawa bersama dengan keluarga dan sekarang mereka harus berpisah daan harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam.
Beberapa dampak yang timbul pada anak akibat dari kasus perceraian orang tua:
a.Penurunan prestasi akademik anak di sekolah.
b.Mengalami trauma psikologis yang berkepanjangan.
c.Peningkatan perilaku agresi.
d.Emosi tidak stabil.
e.Kecenderungan untuk terpengaruh pada hal-hal yang buruk.
f.Kualitas kehidupan yang rendah.
g.Mengalami pelecehan,baik dari teman sekolah maupun teman bermain di rumah.
Hal-hal yang biasanya dirasakan oleh anak ketika orang tuanya bercerai adalah: a) anak merasa tidak aman, b) anak merasa tidak diinginkan atau ditolak oleh orang tuanya, c) anak merasa sedih dan kesepian, d) anak merasa kehilangan, merasa sendiri, menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyabab perpisahan orang tuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H