Mengintegrasikan Data untuk Efisiensi: Studi Kasus PETRONAS
Transformasi digital menjadi kunci keberhasilan perusahaan di era data saat ini. Namun, jalan menuju transformasi ini tidak selalu mulus, terutama bagi perusahaan besar seperti PETRONAS. Dalam artikel berjudul "The Bumpy Road to Becoming a Data-Driven Enterprise" karya Julia Kotlarsky, Ilan Oshri, dan Suprateek Sarker, dijelaskan bahwa PETRONAS menghadapi tantangan besar dalam upayanya menjadi perusahaan berbasis data. Meski memiliki infrastruktur bisnis yang kuat dan berada di peringkat Fortune Global 500, PETRONAS menghadapi masalah mendasar terkait manajemen data.
Di era di mana 90% dari total data dunia diciptakan hanya dalam dua tahun terakhir , tantangan manajemen data menjadi semakin relevan. PETRONAS menemukan bahwa data mereka tersebar di berbagai unit bisnis, sebagian besar masih diolah secara manual, dan sering kali tidak lengkap. Inisiatif DOVE yang mereka jalankan bertujuan untuk mengatasi hambatan ini dan menciptakan transparansi data dalam operasional bisnis mereka. Namun, seperti yang dijelaskan dalam artikel, tantangan utamanya bukan hanya teknologi, tetapi juga budaya organisasi yang belum siap sepenuhnya untuk pengambilan keputusan berbasis data. Pengalaman PETRONAS menjadi contoh nyata betapa sulitnya bagi perusahaan besar untuk beradaptasi dengan cepat di era digital. Artikel ini tidak hanya memberikan gambaran tentang perjalanan transformasi digital PETRONAS, tetapi juga memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan besar lainnya dapat mempersiapkan diri untuk perjalanan serupa.
**
Salah satu masalah utama yang dihadapi PETRONAS dalam perjalanan menjadi perusahaan berbasis data adalah fragmentasi data yang terpusat di berbagai unit bisnis. Sebagai perusahaan besar dengan struktur yang kompleks, PETRONAS memiliki berbagai sistem data, baik yang menggunakan teknologi lama maupun baru, namun sayangnya sistem ini tidak saling terintegrasi. Data yang seharusnya mendukung keputusan strategis sering kali diolah secara manual, disimpan dalam format Excel, dan tersebar di berbagai departemen, tanpa adanya standar yang seragam. Pada tahun 2017, hanya 30% dari data PETRONAS yang tersedia dalam format digital, dan banyak informasi penting, seperti posisi kapal atau persediaan minyak, tidak dikumpulkan atau dilaporkan secara real-time. Hambatan-hambatan ini, yang disebut "agile blockers," memaksa PETRONAS untuk mengevaluasi ulang proses digitalisasi mereka, dimulai dengan inisiatif DOVE.
Namun, inisiatif ini menghadapi masalah dari segi konsistensi data. Misalnya, satu produk minyak memiliki empat nama yang berbeda di setiap unit bisnis, yang mengakibatkan ketidakjelasan dalam pelacakan produk dan pengambilan keputusan harga. Kesulitan ini tidak hanya memperlambat proses operasional, tetapi juga menghambat kemampuan PETRONAS untuk merespons perubahan pasar secara cepat. Studi Fischer et al. (2023) menunjukkan bahwa organisasi yang ingin menjadi berbasis data harus memiliki akses ke data yang terstruktur dan tersedia di seluruh lini bisnis, namun PETRONAS masih berada jauh dari kondisi ideal ini pada awal perjalanan mereka.
Selain itu, budaya organisasi menjadi tantangan tersendiri. Meskipun teknologi dan infrastruktur data dapat diperbarui, PETRONAS menyadari bahwa transformasi digital membutuhkan perubahan mendasar dalam cara berpikir dan bekerja. Para pengambil keputusan harus mampu mempercayai data dan menggunakan wawasan analitis sebagai dasar dari setiap keputusan strategis. Sayangnya, PETRONAS menghadapi hambatan budaya, di mana banyak keputusan masih dibuat berdasarkan intuisi atau pengalaman masa lalu, bukan data. Menurut Vial (2023), untuk sukses dalam transformasi digital, perusahaan tidak hanya memerlukan teknologi yang tepat, tetapi juga budaya yang mendukung pengambilan keputusan berbasis data. PETRONAS berusaha mengatasi tantangan ini dengan melibatkan lebih banyak pihak dalam proyek DOVE dan meningkatkan visibilitas data di seluruh unit bisnis.
Kontribusi utama dari perjalanan PETRONAS ini adalah peningkatan dalam efisiensi operasional. Melalui penerapan sistem baru, PETRONAS berhasil mengurangi waktu pemuatan kapal, yang sebelumnya dilakukan secara manual, sehingga menghemat biaya operasional secara signifikan. Mereka juga meningkatkan kemampuan untuk merespons perubahan harga pasar secara real-time, berkat integrasi data lintas unit.
***
Transformasi digital PETRONAS adalah contoh yang relevan tentang bagaimana perusahaan besar dapat menghadapi dan mengatasi tantangan dalam perjalanan menjadi perusahaan berbasis data. Meskipun perjalanan ini penuh dengan hambatan, seperti fragmentasi data, ketidakonsistenan dalam sistem, dan tantangan budaya, inisiatif seperti DOVE menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, tantangan-tantangan tersebut bisa diatasi. PETRONAS telah berhasil meningkatkan efisiensi operasional dan daya saingnya di pasar melalui penggunaan data yang lebih terintegrasi dan analisis real-time. Namun, keberhasilan ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang. PETRONAS masih perlu memperbaiki aliran data secara keseluruhan dan menumbuhkan budaya yang lebih adaptif terhadap pengambilan keputusan berbasis data.
Implikasi dari perjalanan ini tidak hanya relevan bagi PETRONAS, tetapi juga bagi perusahaan lain yang ingin mengikuti jejak mereka. Studi ini menunjukkan bahwa kesuksesan dalam transformasi digital bukan hanya tentang teknologi, tetapi lebih kepada kesiapan organisasi secara menyeluruh, baik dari segi infrastruktur maupun budaya. Dengan terus memperbaiki manajemen data dan memperkuat budaya berbasis data, PETRONAS dan perusahaan lainnya dapat memaksimalkan potensi teknologi dan tetap kompetitif di era digital.