Selagi para remaja seusinya luruh dengan kegemaran akan trend dan hura-hura, dia salah satu dari mereka yang mulai mencoba sesuatu yang anti-mainstream dikalangan remaja. Berdalalih dengan kesempatan serta pelung yang terbuai di benaknya, menjerumuskannya untuk memilih berlaga dikala setiap remaja hingap sana hinggap sini. Rengga namanya anak ke dua dari pasangan Muladi dan Ratna ini tengah beradaptasi lingkungan barunya, dengan potongan agak tinggi dan penampilan yang serba polos, tanpa ragu apalagi minder membentengi dirinya yang kini harus mau berpanas di tengah terik, berjibaku dengan customer langganannya. [caption id="attachment_263236" align="alignleft" width="300" caption="dalam gambar : Tampak Rengga sedang menyiapkan dagangan dan peralatan daganganya."][/caption]
Disertai izin dan restu orang tuanya pun menjadikannya sebagai remaja yang kini telah 8 bulan menjadi seorang pedagang Siomay di wilayah Kota Palu, tepatnya di Taman Vatulemo, ungkap Rengga saat dialog sementara bibir saya tak genti melahap Siomay.nya.... Nyaris tak ada keluh yang "muncrat" di rautnya dengan santai ia menjamu setiap raja baru yang berlabuh di tempatnya. Rerata setiap harinya ia ikhlas untuk menunggu setiap tamu yang datang hingga jajanannya pun habis tak tersisa, dimulai pukul 15:00 hingga 22:00.
[caption id="attachment_263238" align="alignright" width="300" caption="Suasana Pasar Jajanan yang berlokasi di Taman Vatulemo Kompleks Kantor Walikota"][/caption]
Dilain hal, Rengga yang kini sangat berbeda dengan Rengga yang sebelumnya, memang bukan berasal dari keluarga yang tidak bisa hidup senang, melaikan keluarga sederhana yang pun mampu untuk menghidupi dan membiayakannya hingga bangku Perguruan Tinggi. Seperti halnya sang kakak yang kini telah beradu dengan jenjang perkuliahan tepatnya di Perguruan Tinggi Swasta dengan mengambil jurusan Teknik Informatika. Ia jua tengah dengan predikat pelajar yang diembannya duduk di bangku kelas XI di Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Palu. lanjut Rengga..
Akan tetapi, motif dari buah pemikiran keras yang menjadikannya demikian. Sebelum kini, dulunya ia hanyalah seorang remaja yang penuh dengan hingar bingar dunianya, berhura tanpa mengenal kata lelah dan puas, menghabiskan waktu dengan berlunta-lunta. Hingga akhirnya dipertemukan dengan sebuah nasihat dari karibnya, yang mana memberikan eefek jera dan mawas diri yang lebih, hingga akhirnya ia melamar untuk bekerja dengan tetangganya sebagai seorang juru dagang jajanan..
[caption id="attachment_263237" align="alignleft" width="300" caption="tampak Rengga yang sedang melayani pelanggan."][/caption] Walau pekerjaan yang diembannya kini selama 8 bulan bersama terik dan cahaya bulan, tak pernah membuatnya bermasalah dengan kondisi kesehariannya sebagai pelajar. Selepas kerja upah Rengga di bayarkan setiap malam selepas "piket" bersama rekan-rekannya. Maklum, Rengga adalah yang paling muda diantara rekan-rekannya. Bersama rekan-rekannya, mereka pun memiliki asosiasi atau perkumpulan dagang sendiri yang dimana di ketuai oleh Bos atau pimpinan usaha mereka yang dimana ketika akhir piket, mereka wajib melaporkan setiap rincian hasil yang di dapatkan, pembagian persentase keuntungan atau hak mereka selama 1 hari/malam yakni 20 % dari total yang di terima oleh Majikan atau Bos.
Sekalipun, segala biaya pendidikan serta hidup dari Rengga sendiri masih berpatokan kepada kedua orang tuanya, akan tetapi, Rengga tak menginginkan kembali untuk menyusahkan orang tuanya untuk ke sekian kalinya. dan membuktikan ia pun bisa membantu dan bertahan dengan keras usahanya, walaupun hanya sebatas melengkapi uang jajannya tanpa meminta dari keluarganya. Seperti halnya, jum'at yang lalu ketika khatib mengkhutbahkan "sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama.. terang Rengga dengan senyuman tipis bersama raut tegar nan Optimis..
(Arf)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H