Lihat ke Halaman Asli

Budi Harus Diam Karena Tidak Selamanya "Budi bermain bola"

Diperbarui: 9 Juli 2015   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Budi berada tepat di bibir jurang, jatuh ke dalam gua yang gelap, dan berjalan menyusuri gua sampai tidak sengaja menginjak lumpur hisap. Sedikit saja gerakan dapat menambah dalam pijakannya, dan ketika semakin banyak gerakan bukan tidak mungkin lumpur itu segera menenggelamkannya hingga ujung rambut. Sehingga "Budi harus diam"

Budi sedang berjalan di tengah keramaian, banyak orang lalu lalang, dan juga saling beriringan/berpapasan sambil berjalan. Tidak sengaja sendal jepitnya terinjak orang yang tepat di belakangnya dan seketika itu sendal jepit putus. Budi coba terus berjalan agar tidak malu sambil menyeret sendal putus. Semakin lama sendal itu diseret, tak lama pasti akan lepas dari jepitan kaki. Sehingga "Budi harus diam"

Budi setiap sorenya pergi untuk olahraga jogging, kali ini berlari memutar di pinggiran sebuah kolam. Lintasan lari masih ditumbuhi rumput yang halus, dan memaksa Budi membuka sepatunya. Tak disengaja tiba-tiba telapak kakinya ditusuk oleh duri panjang yang tajam, seketika itu Budi teriak kesakitan. Dan tak diduga juga seorang bapak memarahinya, karena teriakannya menjauhkan ikan dari pancingan. Ternyata kolam ikan, dan Budi pun harus menahan sakit tanpa suara. Sehingga "Budi harus diam"

Budi sedang membaca buku bersama seorang teman di suatu ruangan. Banyak buku yang menarik untuk didiskusikan. Untuk suatu tugas mereka mendiskusikan suatu bahan dari buku yang ada. Di ruangan itu sedang banyak orang ketika suara Budi yang tipikal keras cukup meramaikan ruangan itu. Mereka yang di ruangan itu pun akhirnya menegur suara Budi yang keras ketika diskusi. Ternyata ruang Perpustakaan, dan akhirnya Budi pun tidak bisa lagi berdiskusi untuk tugas penting itu dengan temannya, karena tipikal suaranya yang keras. Sehingga "Budi harus diam"

Budi yang pandai bermain bola, juga hobby menonton bola. Begitu juga dengan beberapa temannya. Mereka kali ini menonton bola di kost'an Budi. Ketika siaran TV yang dimaksud diputar terlihat gambar yang buram/tidak bagus. Akhirnya sebagai tuan rumah Budi berinisiatif untuk keluar dan mengeser sedikit demi sedikit posisi antena, sehingga akhirnya mendapatkan posisi yang tepat. Namun sialnya, Budi tidak bisa melepaskan pegangan dari antena, karena ketika dilepas/digerakkan siaran kembali rusak. Terpaksa Budi tidak menggerakan tangannya lagi dari antena itu walau tidak dapat menonton bola kesayangannya. Sehingga "Budi harus diam"

Budi kembali lagi untuk segera berolah raga jogging walaupun seorang diri, dan lintasan joggingnya pun hanya di sekitaran komplek rumahnya. Sudah ada sekitar beberapa putaran Budi belari mengelilingi komplek tanpa istirahat. Dan disaat itu juga tanpa diduga seekor anjing menggonggong tepat disampingnya sambil berlari. Budi mencoba memperlambat dan hanya berjalan agar tidak dikejar anjing, namun tetap saja anjing terus menggonggong, mengikutinya dan hampir mengigitnya. Budi pun menghentikan jalannya, perlahan anjing juga mulai mengurangi gonggongannya. Sambil menunggu anjing kelelahan, Budi pun tidak bergerak sama sekali dari posisinya. Sehingga "Budi harus diam"

Dan akhirnya..
"Budi harus diam" menahan segala sesuatunya baik dari sisi positif atau negatifnya. Disaat keinginannya ingin mencicipi rasa, Budi harus menutup mulutnya, disaat keinginannya melihat keindahan, Budi harus menutup matanya, disaat keinginannya ingin mendengar suara yang merdu, Budi harus menutup telinganya. Dan disaat keinginannya kali ini ingin sekali memiliki kasih sayang itu, dengan terpaksa juga pun Budi harus tetap menutupnya, menutup hatinya dalam-dalam. Walau kenyataannya semakin dalam semakin sakit karena bertolak belakang dengan keinginan Budi, tapi itu tetap Budi harus lakukan, begitulah Budi. Karena tidak selamanya "Budi bermain bola", suatu ketika bisa berhenti juga karena cedera (sakit), Sehingga..."Budi harus diam"

«« Semoga berARTI »»
FA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline