Lihat ke Halaman Asli

Jodoh yang dipaksakan berjodoh

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salam kenal untuk pembaca, jujur saya masih baru untuk urusan tulis-menulis dalam kompasiana ini. Namun tidak salah  saya sedikit berbagi untuk teman yang membaca artikel ini. Saya tidak jauh-jauh membahas mengenai kehidupan yang masih sering kita hadapi akhir-akhir ini. Kita tahu sendiri dikalangan muda sekarat (hampir tua :D) tidak akan jauh pembahasannya tentang “jodoh” atau pasangan hidup selain karir tentunya. Nah, yang ingin saya telusuri sebenarnya mengenai “jodoh  yang dipaksakan berjodoh” atau dengan kata lain seperti jodoh yang dijodoh-jodohkan.

Jodoh adalah kata yang sering kita umbar-umbar ketika masa muda sekarat yang saya katakan sebelumnya. Banyak yang berharap jodohnya kelak itu mendapat yang terbaik bahkan lebih baik dari mantan-mantan pacar sebelumnya (pembalasan), biar tidak ada penyesalan tentunya. Namun, tidak sedikit juga mengatakan bahwa jodoh itu tetap berada dalam tangan Tuhan, jadi kita tinggal nunggu (tanpa ada usaha sama aja bohong :p) . Itulah sedikit gambaran mengenai masalah jodoh tadi. Sekarang yang menjadi permasalahan menurut pribadi dan pengalaman saya sendiri adalah jodoh yang dijodoh-jodohkan.

Jodoh yang dijodoh-jodohkan yang saya maksudkan disini adalah ketika kita tidak mengharapkan si “doi” menjadi jodoh kita, namun di sisi lain teman kita sangat mendukung doi untuk menjadi jodoh kita. Dengan kata lain bisa dikatakan sebagai jodoh yang dipaksakan berjodoh. Nah , mari masuk ke pengalaman saya ; saya seorang pendidik yang sebernarnya kurang “klop” sama jodoh dari dunia pendidikan juga, inginnya dari kesehatan (pesan mama :D). Seperti topik utama yang dibahas yang saya bahas di atas sebelumnya, jodoh yang dipaksakan. Itulah yang sedang saya hadapi belakangan ini, seorang perempuan yang dilihat dari fisik memang cantik dan manis namun jujur saya tidak ada perasaan sedikitpun dengan dia (awalnya). Dan dengan berjalannya waktu semua mata, hati, dan pikiran semakin tertuju sama si doi, dan itu pun memang karena pengaruh lingkungan yang “luar biasa”. Di awal yang biasa saja, menjadi luar biasa perasaan itu, memang awalnya ada unsur paksaan akibat dari korban perjodohan dari teman kerja.

Yah begitulah yang saya maksud tadi, awalnya memang ada unsur paksaan dari teman untuk menjadikan “dia” menjadi jodoh saya, namun akhirnya menjadi saya yang sedikit “ngotot” menjadikan dia menjadi jodoh saya kelak J . Dan memang sampai sekarang saya tetap mengharapkan itu terjadi, ya walaupun itu hampir tidak mungkin teman!!! Biar saja tetap menjadi “jodoh yang dipaksakan berjodoh” bagi saya tentunya :-D.

Pengalaman penulis semoga bermanfaat J .




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline