Lihat ke Halaman Asli

Iona Trip: 3 Menit dan Supir Taksi

Diperbarui: 6 Agustus 2015   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah pupus lantaran rencana ke Jerman dan Perancis (harus) ditunda, aku mulai menyusun rencana untuk traveling. Segera kulayangkan surat permohonan cuti holiday untuk tanggal 24-26 Juni 2014, Awalnya permohonanku di tolak lantaran sudah cukup banyak coworkers yang injin cuti di tanggal tersebut. Mendadak jurus drama ala Korea yang sedikit berbumbu goyangan India muncul begitu saja dari diriku. Dengan mata berkaca-kaca, suara dilembut-lembutkan dan sedikit nelangsa, kumohon pada orang kantor untuk memberikanku izin libur di tanggal itu. Awalnya mereka kekeuh tak akan memberikannya padaku. Argh! Pokoknya harus dapat libur, apalagi tanggal 25 kan hari ulang tahunku. Kalimat itu meraung di pikiranku, membuatku semakin bulat bertekad untuk mendapatkan libur di tanggal itu. Beberapa menit beraksi kayak pemain drama Korea rupanya membuahkan hasil: permohonan cutiku dikabulkan. Horay!!

Aku selalu ingin pergi ke laut. Bukan karena aku titisan Nyi Rara Kidul, tapi karena aku memang sea addicted. Aku selalu ingin menikmati suasana pulau kecil yang dikelilingi lautan. Seperti saat aku di Mentawai dulu. Karena itulah aku memilih Iona Island untuk liburanku kala itu. Pulau Iona itu letaknya ada di Scotland. Kalau di peta, posisinya ada di (agak) ujung atas Kerajaan Inggris Raya aka Great Britain. Selain karena ingin ke pulau, aku memilih Iona memang karena Komunitas Ekumenis-nya yang terkenal sejagat. Kalo kamu nggak pernah denger Komunitas Iona, mungkin kamu bukan dari jagat raya ini. Hahahaha... maksa bener ih.

Setelah tempat ditentukan, aku segera menyusun anggaran. Karena aku bukan orang kaya, tapi kaya orang, sudah pasti budget yang disiapkan cukup untuk travelling ala backpacker saja. Lagipula, aku memang lebih suka jalan-jalan hemat. Sekalipun sudah pasti semakin hemat anggaran, semakin jauh dari yang kebanyakan orang sebut nyaman. Karena ini jalan-jalan hemat, akupun segera mencari tiket bus Milton Keynes-Glasgow, Glasgow-Oban, tiket feri Oban-Craignure, tiket bus Craignure-Fionnphort, tiket feri Fionnphort-Iona. Sewaktu melihat harga murah, segera kulakukan transaksi pembelian untuk beberapa tiket yang memang bookable. Selebihnya tiket bisa dibeli on board. Sekali lagi, karena ini liburan hemat, tentunya soal penginapanpun sangat kuperhitungkan. Jangan bayangkan penginapan mewah nun mahal yang sudah pasti nyaman dan dilengkapi dengan fasilitas komplit dan pelayanan yahud. No, there's no five stars hotel for kere backpacker like me. Instead, billion stars hotel aka campground yang beratapkan langit dan bintang-bintang. Jadi segeralah saya book satu tempat di perkemahan itu hanya dengan membayar £1 dan sisanya dibayar di tempat. Well, satu hari sebelum hari yang dinanti tiba, aku mulai mengemas segala keperluanku. Dan lagi-lagi demi menghemat pengeluaran, aku memilih membawa makanan dari rumah. Lagipula aku berniat untuk doa puasa di hari ulangtahunku. So, berikut barang-barang bawaan saya:

  • Pakaian ganti: 1 trouser, 3 shirts, 1 jacket, underwear trainer, socks
  • Skin gears.. instead of call it beauty care. Just want to make it sounds adventurous
  • Umbrella ella ella...
  • Tiny pot, small knive
  • Pack of Candles, matches
  • Can of sweetcorn, carrots, oranges, tofu
  • 3 water bottled @500 ml, Instant ginger drinks
  • Copy of passport

Bawaannya nggak banyak kok, cuma 1 ransel dan 1 tas jinjing kecil untuk snack di jalan. Beberapa kawan sempat geleng-geleng kepala saat tahu aku akan berkemah di Iona. Seorang dari mereka bertanya-tanya, "kemah sendirian di tempat yang loe sama sekali gak kenal, you are crazy, Fillia!" Aku cuma nyengir aja. Buat sebagian orang mungkin terdengar nekat dan nyape-nyapein diri sendiri. Tapi toh aku nyatanya aku gak sendirian, karena di dunia ini banyak kok backpacker perempuan yang justru jauh lebih nekat dari aku. Aku mah bisa dibilang masih 'bau kencur' atau bahasa forumnya newbie.

Hari yang dinantikan tiba. Saat orang serumah masih pada ngorok, jam 01:00 BST, aku dijemput. Bukan sama pangeran, tapi sama supir taxi yang akan mengantar ke Kingston Centre, di mana aku bakal naik bus ke Glasgow. Yah, dijemput supir taxi pun udah senang banget lantaran waktu itu aku jomblo ngenes. Ngenes karena gagal menjalin hubungan sama bule Polandia. Ih curhat.... Eh, tapinya... si supir taxi pun ikut-ikutan melukai hatiku. Eaaa. Tega benar itu supir taxi mau ngibulin saya soal tarif. Biasanya dari rumah ke Kingston Centre itu cuma £5, tapi dia minta £8. Untungnya, otakku lagi jalan kala itu. Segera ku minta bon bukti pembayaran dan dengan lantang ku sebut nama si supir dan nomor id nya. Maksudnya sih menggertak secara nggak langsung... asal aku tahu nama dan id nya, kapanpun aku bisa melapor ke perusahaan taxi yang bersangkutan. Aku lihat ia jadi salah tingkah, namun ia tetap meminta £8 padaku. Ku berikan saja £8 itu dan segera mencatat nomor id nya. Sengaja kuperlihatkan padanya kalau aku mencatat nomor id dan namanya pada secarik kertas. -Jangan heran kenapa aku ready dengan kertas dan pena, dua benda itu selalu di jaketku saat aku bertualang. Karena seringkali perjalanan memberiku inspirasi yang harus dicatat- Saat aku keluar dari taxi dan menunggu bus ku, taxi itu tak juga pergi. Entah kenapa. Aku masa bodoh. Tapi setelah 3 menit, si supir memanggilku, meminta kembali bon yang telah diberikannya padaku, menggantinya dengan yang baru dan mengembalikan £3 uangku lalu pergi. Aku tersenyum MENANG. Kulihat dua orang yang ada di tempat itu yang rupanya memperhatikan kami, geleng-geleng kepala. "Did he try to cheat you?" tanya mereka. "Yes, but I got his name and id, I guess he knew it. That's why he gave my money back."

Baru saja memulai perjalanan, sudah kudapatkan pelajaran berharga. Bukan sekedar bagaimana merespon cerdik atas perilaku licik, tapi lebih dari itu. Ketika aku memperlihatkan pada si supir detik-detik saat aku mencatat nama dan id-nya, sungguh aku bergumul antara rasa geram dan iba. Seiring dengan pena yang menari dijemariku, aku bertanya pada diriku sendiri: 'Apakah aku akan benar-benar melaporkannya? Oh pasti lah, biar dia belajar. Tapi gimana kalo hanya karena ini dia dipecat? Mungkin dia berbuat demikian karena kepepet banget, yakin mau lapor? Iya sih, kasihan kalau sampai dipecat hanya karena £3 yang ia 'curi'. Haruskah aku biarkan orang seperti ini? Tidak! Ia harus belajar. Hey, dia punya alasan melakukan itu. Argh....' Well, monolog itu berakhir tanpa jawaban dariku. Tapi syukurlah dalam waktu 3 menit saja supir taksi itu tobat. Mungkin telah terjadi monolog juga dalam dirinya, antara melanjutkan aksi curangnya atau bertindak jujur. Mungkin bukan aku dan si supir taksi saja yang bermonolog. Saya yakin, tiap kita pasti punya momen bermonolog. Mungkin orang lebih kenal dengan istilah Self Talk ya... Apapun namanya, mungkin ini bisa sedikit menggambarkan bagaimana kita selalu diperhadapkan pada pilihan baik dan buruk di keseharian kita. Bagiku, tidak ada orang baik dan tidak ada orang jahat, yang ada ialah orang yang memilih berbuat baik dan orang yang memilih berbuat jahat.

Eh, balik lagi ke petualangan ku. Tepat pukul 02:00 BST akhirnya bus pun tiba. Petualanganku pun dimulai. Bus berwarna biru dengan tulisan Megabus besar pada sisi kiri dan kanan body bus tersebut melaju menembus pagi. Perjalananku menuju Glasgow memakan waktu kurang lebih 9 jam 30 menit. Kebayang dong garing nya kayak apa 9 jam di bus sendirian. Tapi syukurlah bule ganteng di sebelah asik diajak ngobrol.

 To be Continued

 

reposted from WomanOfCourage

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline