Lihat ke Halaman Asli

who am i ?

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ah, sungguh menyebalkan. Aku tak tahu apalagi yang harus kulukukan, aku begitu jenuh akan semuanya. Tak ada yang bagus dan baik jika akulah pelakunya, ya kuakui itu memang salahku, tapi mengapa hanya aku yang menjadi terdakwa? Aku merasa diasingkan, kedatanganku seakan-akan adalah bencana bagi mereka, membawa kesialan berkepanjangan, beginikah nasibku?

Kini aku sedang duduk terpaku, bertanya kepada awan akan apa kesialan yang akan datang kepadaku lagi, aku rasa awan menjawab pertaayaanku dengan mengirim angin semilirnya dan berbisik aku tak tahu, tapi kurasa itu takdirmu menjadi perempuan sial, selamat menikmati. Sial! Pikirku, ternyata awan yang indahpun tak dapat membantuku untuk menemukan hari indahku.

Terkadang aku berangan, mengapa Allah menciptakanku sebagai manusia, manusia yang selalu berbuat maksiat kepadanya, mengapa Allah tidak menciptakanku sebagai hewan atau tumbuhan yang hanya bisa tunduk kepada-Nya. Bagiku menjadi hewan dan tumbuhan adalah hal yang mengasyikkan, tak ada masalah berat yang menghadang dan pasti mereka selalu bergembira dengan keadaan mereka, karena tidak ada tuntutan hidup bagi mereka, bahkan tidak ada surga dan neraka bagi mereka dan tidak ada sesuatu yang membuat mereka garuk-garuk kepala.

Aku ingin menjadi burung, yang bisa terbang dengan bebas sesuka hati tanpa paksaan dari manapun,  yang bisa menikmati angin semilir di saat terbang dengan kedua sayapnya. Aku ingin menjadi bunga matahari, tumbuh begitu indah dan begitu taat karena selalu menghadap ke matahari tanpa lelah. Dan aku juga ingin menjadi malaikat, yang selalu mentaati perintah Allah tanpa memikirkan keadaan mereka sendiri dan selalu berdzikir dengan begitu khidmatnya.

Namun kini, aku tetaplah aku dan tidak bisa berubah lagi. Ini sudah takdirku untuk menjadi manusia biasa, yang selalu menghiasi hari-hariku di dunia dengan bergelimangan dosa-dosa dan juga masalah yang tidak pernah usai. Namun kuyakin inilah yang terbaik, karena hanya Allah yang tahu mana yang terbaik bagi hamba-nya dan yang bisa kulakukan hanyalah bersyukur atas apa yang telah kudapat, karena Allah Maha Tahu dan tidak pernah memberikan cobaan kecuali hamba-Nya mampu untuk mengatasinya. Jadi, walaupun aku merasa aku adalah perempuan sial, namun kuharus bersyukur karena Allah akan selalu menolong hamba-Nya. Terimakasih yang tidak terhingga ya Allah, I Love You Full.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline