Lihat ke Halaman Asli

Belajar Menjadikan Demokrasi Dewasa

Diperbarui: 24 Februari 2017   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demokrasi, sekali lagi demokrasi adalah harapan semua bangsa di dunia. Hampir semua negara menginginkan agar demokrasi terus hidup, karena membawa nilai-nilai perjuangan yang berasal total dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Esensinya demokrasi harus sepenuhnya diberi wewenang kepada rakyat. Tetapi rakyat perlu ada pemimpin untuk mengatur dan mengadministrasi 'hidup'nya demokrasi di tanah air ini. Hal ini tidak berarti bahwa demokrasi harus sepenuhnya dipimpin oleh negara, dalam hal ini pemerintah. Pemerintah bersama dengan seluruh elemen masyarakat harus menjaga nilai-nilai demokrasi tetap hidup dan berkembang. 

Bagaimana dengan demokrasi kita saat ini? Demokrasi sedang dalam tantangan dan mungkin juga ancaman. Sebagai sebuah tantangan, demokrasi kebablasan seperti yang diserukan oelh Presiden Jokowi tentu dapat dibenarkan. Masyarakat dengan caranya sendiri menafsirkan dan mengejawantahkan demokrasi dengan pembenaran isu-isu sosial yang menghambat harmonisasi hidup berbangsa dan bernegara. Kepentingan partial, golongan, kelompok lebih diutamakan sembari melegalkan tindakan -tindakan kekerasan, atau main hakim sendiri, tidak taat hukum. Di samping itu juga, pernyataan Prof Refly perihal kedewasaan berdemokrasi masih memprihatinkan. Untuk itu dibutuhkan didikan supaya semakin dewasa. Kesediaan untuk mendengarkan, menghargai perbedaan harus menjadi fokus utama. \

Tampilnya Presiden Jokowi dengan pernyataan "demokrasi kebablasan" dapat dimaknai sebagai sebuh otokritik untuk kita semua. Kritik menjadikan Indonesia dewasa dalam demokrasi sangat diperlukan. Tugas pemerintah adalah menjadikan demokrasi dalam nafas keIndonesiaan; di mana menghargai perbedaan, mementingkan kepentingan rakyat banyak, mengutamakan keadilan sosial dan kesejahteraan umum; bukan lebih mengutamakan kelompoknya. Sektarianisme dan sentimen-sentimen partial seharusnya bukan prioritas lagi. Rakyat sudah "muak" melihat berbagai tindakan-tindakan kekerasan dan arogansi-arogansi partial demi kepentingan kelompok tertentu saja. 

Mari kita belajar berdemokrasi, sehingga demokrasi menjadi semakin dewasa, sehingga kesejahteraaan rakyat dapat terwujud siapan pun pemimpinnya. Kebersamaan sebagai Indonesia menjadi tuntutan global, manakalah berhadapan dengan aneka gempuran globalisasi. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline