Lihat ke Halaman Asli

Filipus Yubelio

Seputar Tentang Dunia Kampus

JAJO (Jamu Joketro) Bangkit Kembali Program KKN MBKM - Universitas PGRI Madiun di Desa Joketro, Parang, Magetan

Diperbarui: 19 September 2021   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Perkenalkan saya adalah Filipus Yubeleo Dari Pratama dan Defit Prasetyo. Kami Berdua adalah mahasiswa Universitas PGRI Madiun semester 5. Jurusan yang kami ambil adalah Pendidikan Teknik Electro. KKN yang kami bawa ini bertemakan yaitu, Pendampingan industri dan juga teknologi. Kami diberi kesempatan untuk dapat mengikuti KKN MBKM pada Senin, 23 Agustus 2021 sampai dengan Kamis, 30 September 2021.

Desa Joketro adalah Desa yang sebagian besar memiliki industri jamu tradisional yang tidak perlu diragukan kualitasnya. Produk unggulan yang dikenal oleh banyak masyarakat dari jamu di desa ini adalah (JAJU) yang dimana keaslian dan kasihatnya yang menarik minat banyak masyarakat. Berkecamatan Parang Utara yang menjadi lokasi bertemunya jalan transportasi yang besar. Jika kita pergi ke arah timur maka kita bisa sampai ke Kota Ponorogo dan jika kita pergi ke arah barat makan kita akan sampai ke arah Kota Wonogiri dan bila kita pergi kearah Utara kita sampai di Kota Magetan.

Pada kondisi seperti ini membuat banyak industri jamu yang  mengalami kesulitan diantara lain kesulitan dalam bidang perekonomian. Hal ini dikarenakan kebanyak dari masyarakat yang menggulati industri jamu ini masih menggunakan cara digendong dan berjalan sejauh kurang lebih 4 KM. Dikarenakan kondisi Pandemi Covid-19 ini juga membuat banyak masyarakat yang mengurangi pembuatan produksi jamu dan berkurangnya perekonomian secara bersekala. Dari cerita yang didapatkan salah satu pembuat jamu yang ada di Desa Joketro sudah berusaha untuk membuat variasi dalam jamu tetapi tetap terhalangi seperti. Menitipkan produk jamu ke pasar-pasar ataupun ditoko-toko kecil. Dikarenakan bila dititipkan ternyata cenderung memiliki sedikit keuntungan banyak para penjual jamu yang kembali lagi menjual dengan cara digendong.

Dok. pribadi

“Saya ini menjual jamu itu dalam botol berukuran 400ml dengan harga Rp. 3.000,00. Itu bila saya titipkan ke pasar dan ke toko-toko banyak yang rugi mas, yang dimana jamu itu hanya bisa bertahan 3-4 hari dan jika diletakkan di kulkas, saya juga sudah mencoba mas dititipkan ditoko-toko dan pasar tetapi kesegaran dari jamu itu sendiri dari hari ke hari lama-lama memudar, yang dimana ketika diminum tidak akan seenak pertama kali dibuat. Dikarena ini juga banyak toko yang saya titipkan jamu tidak mau mengembalikan uang jamu sesuai dengan saya titipkan, jadi dari pada seperti itu saya memutuskan untuk kembali berjualan jamu gendong yang dimana dalam 1 hari itu sudah habis terjual walaupun tidak seramai disaat sebelum pandemi.” Kata salah satu penjual jamu didesa Joketro.

Dok. pribadi

Dilihat dari situ kami memiliki ide yang dimana kami membuat toko online yang akan dikelola oleh usaha desa. Untuk memperkenalkan tentang jamu ini. Tidak lupa juga kami mendengarkan salah satu masalah yang dihadapi oleh para penjual jamu yaitu jika jamu itu terlalu lama makan kesegarannya akan berkurang. Jadi kami mempunyai ide untuk membuat jamu yang berbentuk bubuk, yang dimana jamu bubuk ini memiliki daya tahan kurang lebih bisa sampai 1 Tahun jika diletakkan ditempat yang kering.

Dari program yang kami usulkan ini kami berharap Desa Joketro ini bisa lebih berkembang, dan dapat meningkatkan perekonomian dari para penjual jamu, agar bisa bertahan juga dikondisi pandemi Covid-19 ini.

Dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline