Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Lebih Dekat Candi Gedong Songo: Warisan Budaya Dunia di Tengah Tantangan Konservasi

Diperbarui: 12 Juni 2024   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar

Dworowati, Jawa Tengah: Semarang, Senin (11/06/2024). 

Semarang, Jawa Tengah – Candi Gedong Songo adalah rangkaian candi Hindu yang menakjubkan yang terletak di lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Kompleks candi ini telah menarik wisatawan lokal dan internasional karena pemandangan alam yang mempesona dan gaya arsitektur kuno yang mengagumkan. Di balik keindahannya, Candi Gedong Songo menghadapi banyak masalah untuk menjaga kelestarian dan keutuhannya. Akibat dampak pariwisata massal dan ancaman perubahan iklim, konservasi Candi Gedong Songo menjadi semakin penting dan menantang.

Candi Gedong Songo menerima pengakuan UNESCO sebagai salah satu Situs Warisan Budaya Dunia pada tahun 1991 untuk nilai budaya dan sejarahnya yang luar biasa. Tetapi dengan status prestisius ini, ada tanggung jawab besar untuk tetap setia. RIBUAN wisatawan berkunjung ke candi ini setiap tahun untuk menikmati keindahan dan keagungannya. Namun, jumlah pengunjung yang meningkat telah memengaruhi struktur. Selain itu, perubahan iklim global seperti hujan asam dan fluktuasi suhu ekstrem mempercepat kerusakan batuan candi. Untuk memastikan kelangsungan situs ini, pekerja konservasi menggunakan teknologi modern dan metode tradisional.

Salah satu kompleks candi Hindu terpenting di Indonesia adalah Gedong Songo, yang dibangun oleh dinasti Sanjaya pada abad kesembilan. Kompleks ini memiliki sembilan candi yang tersebar di lereng gunung dan menawarkan pemandangan menakjubkan serta aura spiritual yang mendalam.

Gedong Songo telah menarik banyak pengunjung domestik dan internasional sejak ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Budaya Dunia. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Gedong Songo akan menarik lebih dari 300 ribu pengunjung pada tahun 2023. Namun, menurut warga sekitar Gedong Songo, "Meningkatnya jumlah pengunjung telah menyebabkan keausan pada batu-batu candi.  Kami harus terus melindungi warisan ini."

Selain itu, perubahan iklim menambah kesulitan bagi konservasi. Perubahan suhu ekstrem dan hujan asam dapat mempercepat kerusakan batu. Akibatnya, tim konservasi bekerja sama dengan ilmuwan iklim untuk membuat solusi yang berkelanjutan.

Sebaliknya, pemerintah telah berusaha mengurangi dampak pariwisata dengan meningkatkan kesadaran wisatawan tentang pentingnya menjaga kelestarian candi dan membatasi jumlah pengunjung harian. Menteri Pariwisata Sandiaga Uno mengatakan bahwa salah satu langkah yang kami ambil adalah menerapkan sistem reservasi online yang membatasi jumlah pengunjung per hari. Kami juga memperkenalkan program edukasi bagi wisatawan agar mereka lebih menghargai candi.

Dengan segala keindahannya dan kesulitan yang dihadapinya, Candi Gedong Songo tetap menjadi simbol kebanggaan bangsa Indonesia. Upaya terus menerus untuk konservasi menunjukkan komitmen untuk menjaga warisan budaya ini untuk generasi berikutnya. Jika pemerintah, ilmuwan, dan masyarakat bekerja sama, Gedong Songo akan tetap berdiri megah sebagai saksi bisu peradaban yang luhur. Pelestarian candi ini berhasil menunjukkan betapa pentingnya menjaga warisan budaya dan menghargai sejarah dan identitas nasional. Mungkin ada tantangan yang akan datang di masa depan, tetapi keinginan untuk melestarikan Candi Gedong Songo akan tetap ada, menjadikannya bukti ketahanan dan kejayaan budaya Indonesia.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline