Saya Filadelfia Langit A.S (20) yang saat ini mengemban pendidikan formal di Fakultas Hukum, Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Bagi saya diskusi adalah salah satu tempat terbaik dalam mengasah intelektual seorang mahasiswa, maka salah satu kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang saya lakukan adalah melaksanakan diskusi yang bekerjasama dengan GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Kota Surakarta Komisariat UNIVET mengenai “Kesetaraan Gender untuk Pembangunan Bangsa dalam Konsep Kesarinahan Bung Karno”.
Masih dalam romantisme bulan yang penuh sejarah untuk Bangsa Indonesia, maka diskusi yang mengangkat gagasan besar dari Proklamator kita, diharapkan dapat menyadarkan pemuda akan peran serta sebagai penerus dan agen perubahan bangsa.
Soal wanita adalah soal masyarakat!” itu adalah kata-kata Bung Karno di paragraf awal kata pengantar Buku Sarinah. Sebelum lebih jauh, kita harus mengetahui Siapa Sarinah itu ? Mbok Sarinah, begitu panggilan Soekarno pada perempuan yang membantu ibu bapaknya dalam mengasuh Soekarno. Ia mengajarkan Soekarno untuk peduli pada rakyat kecil, salah satu nasehat yang diberikannya pada Soekarno adalah
“Karno, di atas segalanya engkau harus mencintai ibumu. Tapi berikutnya engkau harus mencintai rakyat kecil. Engkau harus mencintai umat manusia.”.
Atas nasehat-nasehat yang Sarinah tanamkan pada Soekarno kecil, pada akhirnya membuat Soekarno tumbuh menjadi pribadi yang peduli pada permasalahan rakyat.
Lalu apa hubungan antara konsep kesarinahan dan perempuan Indonesia ? Bahwa dari nasehat-nasehat mbok Sarinah, Soekarno mengankat gagasan kesarinahan untuk kesetaraan gender yang ada di Indonesia. Bahwa Perempuan dan Laki-Laki harus bisa beriringan dalam pembangunan dan perjuangan Bangsa. Tetapi Bung Karno juga tetap mengedepankan kodrat perempuan yang tetap harus melaksanakan perannya jika mereka sebagai istri maupun ibu.
Melalui diskusi ini, dalam perkembangan jaman, seringkali kesetaraan gender digaungkan di Negara Indonesia, jangan sampai hanya berhenti karena adanya kepentingan pihak tertentu, tetapi harus ditempatkan untuk kepentingan dalam pembangunan bangsa.
Diharapkan dari diskusi bersama kawan-kawan GMNI Kota Surakarta yang berasal dari wilayah di Solo Raya, diskusi ini mampu melakukan penyadaran bahwa persamaan gender bukan sekedar digaungkan semata, atau diangkat di Lembaga-lembaga sosial, tetapi lebih dari itu, yaitu adanya kesadaran, bahwa perempuan dan laki-laki harus berjalan beriringan dalam memajukan bangsa, dengan memberikan gagasan dan tindakan yang konkret. Apalagi ditengah keadaan dunia yang saat ini secara merata memiliki persoalan yang sama yaitu Covid-19, maka setiap elemen bangsa harus bersatu padu untuk memulihkan keadaan bangsa kembali.
Saya juga menyampaikan, “Bahwa kesetaraan gender jangan membuat perempuan juga melakukan hal dengan seenaknya, sudah diperjuangkan malah mengecewakan, maksudnya adalah adanya rasa keprihatinan yang saya rasakan, karena dalam perjuangan kesetaraan gender di Indonesia, kini banyak pejabat perempuan baik yang telah duduk di eksekutif maupun legeslatif bahkan yang baru-baru hangat diberitakan adalah dari elemen penegak hukum, banyak yang terseret dengan kasus korupsi.”