Di artikel yang terdahulu, saya telah memaparkan berbagi keresahan dan keluh kesah selama belajar dengan sistem daring atau online. Dari semua kendala tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran dengan sistem ini memang kurang efektif. Lalu bagaimana peran guru ataupun dosen untuk menghadapi berbagai kendala tersebut?
Banyak yang mengeluhkan, kurang efektifnya pembalajaran dengan sistem ini ,baik dari segi penyampaian materi, waktu dan pemberian tugas individu yang terkadang memberatkan peserta didik. Tidak sedikit dari pengajar hanya memberikan tugas yang menumpuk dan dengan deadline yang singkat, namun kurang memberikan arahan atau bimbingan.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan kesadaran dari pendidik untuk lebih mengerti situasi dan kondisi dari peserta didiknya, seperti memperpanjang waktu pengumpulan tugas dan lebih mengoptimalkan lagi dalam penyampaian materi sehingga peserta didik tetap bisa memahami dengan mudah seperti saat bertatap muka secara langsung, dengan berbagai cara yang lebih kreatif.
Mungkin untuk ditingkat pendidikan seperti jenjang SMP, SMA ataupun Perguruan Tinggi, pembelajaran dirumah dengan sistem daring dapat dengan mudah dilakukan. Karena kebanyakan dari peserta didk telah mengerti dan paham dengan dunia internet. Lain halnya dengan ditingkat SD,TK ataupun PAUD, kebanyakan dari mereka belum begitu paham dengan pembelajaran dengan sistem online ini. Disini diperlukan peran aktif orang tua secara langsung.
Orang tua harus lebih paham dengan sistem online ini dan selalu melakukan pengawasan kepada anaknya, tugas apa yang harus dikerjakan dan apakah telah diselesaikan. Namun tak sedikit pula orang tua yang masih tidak paham dengan teknologi apalagi tentang internet. Lalu bagaimana cara mengatasi hal tersebut, agar sistem belajar dirumah tetap bisa berjalan dengan baik walaupun tidak menggunakan sistem online?
Untuk menjawab hal tersebut, saya akan memaparkan sedikit kisah tentang sistem belajar dirumah disalah satu sekolah dasar di tempat saya. Dimana disekolah tersebut guru berperan secara aktif. Tugas diberikan secara langsung, para guru tak segan untuk mengantarkan tugas kerumah peserta didiknya.
Setelah tugas itu selesai dikerjakan, maka peserta didik mengumpulkan kembali kerumah guru mereka. Ada juga guru yang menggunakan sistem, peserta didik mengambil tugas atau meteri mereka sendiri kerumah gurunya, setelah tugas mereka selesai, mereka kembali mengumpulkannya sambil mengambil tugas yang selanjutnya. Kelebihan dari sitem seperti ini, ketika ada keluhan ataupun kesulitan dalam belajar peserta didik masih dapat berkonsultasi secara langsung.
Namun sistem ini sulit diterapkan, dikarenakan tidak semua jarak rumah antara peserta didik dengan gurunya yang berdekatan. Sistem ini mudah diterapkan mungkin didaerah desa, karena kebanyakan untuk sekolah tingkat dasar, guru yang mengajar disekolah tersebut berasal dari desa itu sendiri begitupun peserta didiknya yang jarak rumahnya berdekatan.
Namun, sebenarnya dalam kondisi seperti ini, peserta didik tidak boleh selalu meyalahkan pendidik, karena sebagai pendidik, mereka memiliki tanggung jawab untuk tetap melakukan pembelajaran dengan berbagai keterbatasan diatas. Tidak ada yang menginginkan kondisi seperti ini. Mungkin para pendidik juga bimbang dalam memberikan tugas tersebut, disatu sisi mereka merasa tidak tega membebankan begitu banyak tugas namun disisi lain ini adalah kewajiban mereka untuk mengganti pembelajaran dengan tatap muka secara langsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H