Lihat ke Halaman Asli

FILACHUL AINI

Mahasiswi IAIN Jember

Masih Berlakukah Kata "Tawadhu" di Dunia Pendidikan Sekarang?

Diperbarui: 17 April 2020   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kata tawdhu' dalam artian luas diartikan sebagai sikap rendah hati, hormat dan tidak sombong. Sikap ini adalah sikap yang sangat mulia. Dalam dunia pendidikan sikap ini mencerminkan perilaku seorang peserta didik yang baik, dimana ia sangat menghormati gurunya, bertutur kata sopan, dan selalu rendah hati. 

Apalagi di dunia pendidikan yang berbasis agama, sikap ini sangatlah melekat kuat. Contoh kecil dari perilaku ini adalah, saat ada guru berjalan didepan para siswa tidak akan berani mendahului gurunya, lalu ketika mereka berbicara dengan guru mereka, mereka selalu menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat.

Mungkin sikap-sikap atau prilaku-prilaku seperti itu sering kita lihat pada dunia pendidikan zaman dahalu. Mengapa saya mengatakan dunia pendidikan zaman dahulu, ya karena pada kenyataanya sekarang, sulit sekali menemukan perilaku itu disekolah-sekolah. Mungkin di era sekarang jika kita ingin melihat pemandangan tersebut, kita harus pergi kepesantren terlebih dahulu. 

Lihat saja di sekolah-sekolah sekarang, tak sedikit dari siswa yang tidak memiliki rasa segan atau sungkan ketika berjalan didepan guru,melewati guru yang sedang duduk. Jangankan sekedar membungkukkan badan, berucap kata "permisi" saja seakan berat. Malah tak jarang mereka berlari didepan gurunya. Contoh lain adalah banyak sekali siswa yang berani bertutur kata kasar kepada gurunya, bermain tangan. Tak sedikit juga yang berani mencemooh dan menghina guru mereka. Mungkin memang kata tawadhu' sudah dianggap sebagai hal yang tak penting lagi.

Melihat perilaku-perilaku seperti ini, apakah karakter yang seperti ini, yang menjadi tujuan dari pendidikan karakter yang saat ini sangat digembor-gemborkan? Lalu, jika melihat perilaku seperti ini mengapa guru yang disalahkan dan dianggap tidak dapat menanamkan perilaku yang baik kepada peserta didiknya? Sedangkan jika guru menegur, menasehati ataupun memberikan hukuman agar peserta didiknya menjadi lebih baik, banyak orang tua yang tidak terima dengan perlakuan seperti ini. 

Harusnya sebagai orang tua, kita tidak perlu mempersulit tugas guru dalam artian kita ingin anak memiliki perilaku yang baik akan tetapi kita membatasi guru dalam mendidik dengan sedikit-dikit datang kesekolah dengan marah-marah, mengancam dan lain sebagainya. Jika memang merasa anak anda memiliki perilaku yang buruk jangan menyalahkan guru disekolah saja, mengapa anda tidak menyalahkan diri anda sendiri atas perilaku anak anda. Karena sejatinya andalah yang menjadi guru dan panutan mereka pertama kali. 

Jadi, sebagai orang tua stop untuk terlalu memanjakan anak anda,dan cobalah untuk menanamkan dan memberi contoh perilaku-perilaku yang baik seperti tawadhu' ini, dengan anda juga lebih mengharagai dan menghormati profesi seorang guru. 

Jika anda memang sudah mempercayakan anak anda untuk di didik disuatu lembaga, anda harus memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada para pendidik disana. Anda hanya cukup melakukan kontrol saja, jika memang ditakutkan anak anda mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. Jika hanya sebatas ditegur, dinasehati dan diberi hukuman yang mendidik, anda tidak perlu marah-marah dan merasa tidak terima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline