Lihat ke Halaman Asli

FILACHUL AINI

Mahasiswi IAIN Jember

Keresahan Pembelajaran atau Perkuliahan Sistem Daring

Diperbarui: 13 Mei 2020   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semakin tingginya kasus corona di Indonesia saat ini, akhirnya pemerintah membuat kebijakan untuk pembelajaran dilakukan dirumah dengan sistem daring. Kebijakan ini dirasa mampu membantu untuk memutus rantai penularan virus corona ini.  Namun apakah sistem daring ini efektif dan tidak menjadi beban bagi mahasiswa?. Untuk menjawab hal itu, saya akan memaparkan beberapa pendapat mahasiswa tentang sistem daring ini, dan tentang segala sesuatu yg mereka rasakan selama pembelajran dengan sestem daring ini.

Pendapat pertama dari seorang mahasiswi disalah satu universitas ternama di Malang, yang bernama Maulidia R. Menurutnya, pembelajaran sistem daring ini memilki banyak sekali kekurangan. " Kendalanya ada pada waktu, dimana pembelajaran dengan sistem ini sering sekali tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan jadwal yang ada.

Dosen terkadang suka menunda waktu kuliah, sehingga tak jarang antara satu mata kuliah dengan mata kuliah lain bentrok dalam satu waktu. Tentu saja hal ini membuat tidak nyaman. Ditambah lagi banyak tugas-tugas dengan deadline yang mendadak, dimana pengumpulan tugas yang mendadak ini biasanya dijadikan sebagai absensi kehadiran. Yang berarti ketika kita tidak mengumpulkan tugas ini dengan tepat waktu kkita dianggap tidak mengikuti perkuliahan. Akan tetapi tidak semua dosen seperti itu, ada juga dosen yang memberikan kelonggaran waktu dalam menyelesaikan tugas.

Saat daring pun tiap dosen menggunakan aplikasi yang berbeda yang dianggap paling baik untuk melaksanakan perkuliahan dengan sistem online ini. Misalnya saja google meet, atau teeconference. Dan pastinya ada saja kendala dalam setiap aplikasi ini, ada yang suaranya gak kedengeran, dan juga masalah sinyal dimana tidak semua daerah memiliki koneksi sinyal internet yang baik. Namun dari sekian banyak kekurangan ada sisi positif dari perkuliahan dengan sistem ini, yakni kita lebih santai, bisa sambil makan atau pun sambil rebahan."

sistem pembelajaran daring ini membuat tugas-tugas semakin menumpuk dengan deadline yang singkat, sehingga membuat kuwalahan dan bingung mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Tak jarang tugas yang diberikan belum dijelaskan, ditambah lagi tugas yang diberikan lebih sulit dibandingkan contoh yang diberikan. Belum lagi terkadang, saat akan absen tiba-tiba server down.

Kendala yang lain, kuliah dengan sistem ini membutuhkan kuota internet yang banyak sehingga mahasiswa harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli paket internet. Ini merupakan pendapat ke dua dari salah  satu mahasiswa universitas di Jember yang tidak mau disebutkan namanya.

Selanjutnya pendapat ketiga dari seorang mahasiswi bernama Khoirina Isnaini, yang merupakan teman satu kampus dengan saya. Menurut pendapatnya kuliah dengan sistem daring ini menuntunya untuk terus online, dimana membutuhkan banyak sekali kuota yang otomatis juga memerlukan biaya yang cukup besar untuk membeli kuota, sedangkan pemasukan nya tidak ada, dikarenakan kuliah diliburkan.

Dia juga mengutarakan bahwa dengan sistem ini membuatnya lebih kesulitan dalam memahami materi, jadwal kuliah yang menjadi tidak tpat waktu dan tugas yang menumpuk. Tak hanya sisi negatif saja, dia juga mengutarakan sisi positif dari pembelajaran dengan sistem ini, dimana dengan sistem belajar ini membuatnya bisa lebih santai sambil makan ataupun rebahan, dan dia juga bisa sedikit membantu orang tuanya dirumah.

Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan sistem pembelajaran/perkuliahan daring, banyak sekali keresahan atau keluhan-keluhab yabg dirasakan mahasiswa. Banyak sekali kendala yang harus diatasi. Kebanyakan dari mereka merasa kalau sistem pembelajaran ini kurang efektif, baik dari segi waktu ataupun dalam penyampaian materi.

Mereka juga menyampaikan dengan sistem ini, mengharuskan mereka untuk selalu memiliki kuota internet dan sinyal yang baik. Sedangkan kedua hal tersebut, dirasa cukup memberatkan karena mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli kuota dan kekuatuan sinyal internet disetiap daerah yang tidak sama. Namun, di balik itu semua pembelajaran dengan sistem ini, membuat mahasiswa bisa melakukan perkuliahan dengan lebih santai, bisa dengan nonton tv,makan, ataupun dengan rebahan.Kami berharap musibah ini cepat berlalu, agar sistem perkuliahan offline cepat bisa dilaksankan seperti semula. 

Dari setiap keresahan yang mereka rasakan, hanya ada satu solusi yang harus dilakukan, yakni komunikasi yang baik dan saling memahami situasi antara peserta didik dengan pendidik. Keduanya memiliki kontribusi yang sama besarnya dalam pelaksankan pembelajaran dalam sistem dari ini. Sebagai seorang pendidik, dituntut untuk tetap memberikan materi dengan segala keterbatasan yang ada. Dan mungkin pemberian tugas dianggap sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan sistem pembelajaran dengan tatap muka secara langsung. Namun perlu diingat, sebagai seorang pendidik sangat tidak diperkenankan pemberian tugas yang dapat membuat peserta didiknya merasa sangat terbebani bahkan stress. Yang pada intinya seorang pendidik selain harus melaksanakan keawajibannya juga harus bisa memahami keadaan peserta didik mereka. Dan sebagai seorang peserta didik, kita seharusnya juga mampu memahami, jika para pendidik juga tidak menginginkan situasi seperti ini, mereka juga mempunyai berbagai keterbatasan dalam melaksanakan sistem pembelajaran ini. Dengan kesadaran yang seperti ini lah, sehingga kita sebagai peserta didik tidak akan terus-menerus menyalahkan para pendidik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline