Lihat ke Halaman Asli

Fikri Zakia Qoimul Haq

Pendidik, Konsultan Pendidikan, Parenting

Indonesia dalam Lingkaran Resesi Seks

Diperbarui: 27 Desember 2022   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluarga. Sumber: nasional.kontan.co.id

Perspektif tentang resesi seks adalah bagaimana rasio populasi manusia dan kelahiran bayi rendah. Sehingga sebuah daerah atau negara dapat dikatakan mengalami resesi seks juga dengan nilai rasio dibawah 2. Artinya rata-rata sepasang suami istri melahirkan 2 bayi itu sudah bisa dipastikan hampir mengalami resesi seks.

Negara dengan resesi seks tinggi yakni china, korea selatan dan jepang. Ketiga negara ini mengalami resesi karena rakyatnya tidak menginginkan pernikahan. Kemudian, juga memiliki pendapat untuk childfree dalam pernikahan atau tidak menginginkan memiliki anak.

Dibelahan dunia lain juga memiliki kasus yang sama terutama pada sejumlah negara-negara maju. Negara-negara dengan kebutuhan ekonomi dan gaya hidup tinggi memiliki kasus yang sama yakni resesi seks. Termasuk alasan mendasar adalah pementingan kebutuhan pendidikan yang tinggi. Sehingga banyak orang menginginkan pendidikan tinggi tanpa pernikahan atau menunda menikah.

Beberapa alasan juga karena tidak memiliki penghasilan tinggi. Sehingga untuk dirinya sendiri saja masih berfikir keras untuk mencari, apalagi dalam kondisi sudah menikah yang harus menghidupi anak dan istri.

Alasan-alasan di atas itulah yang menyebabkan resesi seks di beberapa negara maju. Hari ini negara berkembang juga semakin mengikuti hal-hal seperti itu. Sehingga menyebabkan banyak negara berkembang terindikasi akan segera terkena imbas dari resesi seks.

Di Indonesia ada 3 provinsi yang memiliki angka nihil kelahiran baru yakni jawa timur, jawa tengah dan DIY Yogyakarta. Paling parah adalah yogyakarta yang memiliki rasio hanya 1,9. Jadi rata-rata rakyat yogyakarta hanya memiliki maksimal 2 anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline