Lihat ke Halaman Asli

Fikri Zakia Qoimul Haq

Pendidik, Konsultan Pendidikan, Parenting

Cukai Rokok Naik? Tidak Memberhentikan Perokok Aktif

Diperbarui: 9 Desember 2022   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asbak selalu ada di setiap tempat. Sumber: pixabay.com

Rokok menjadi satu kesatuan yang padu bersama kopi. Bagi perokok itu adalah kenikmatan yang tiada tara. Selalu memberikan nikmat yang lebih bagi orang yang merokok. 

Bagi perokok, merokok adalah separuh hidup untuk menuju kehidupan selanjutnya. Menjadi satu alat yang dapat membuat perokok rileks. Membuat rokok jauh dengan orang Indonesia adalah mustahil.

Sejarah menyebutkan bahwa rokok di Indonesia sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia. Dahulu hanya orang-orang dewasa yang boleh merokok, sehingga dalam berbagai perspektif rokok adalah untuk orang dewasa. Menilik lebih dalam lagi tentang sejarah, bahwa para kiai sejak dahulu sudah merokok dan selalu diikuti oleh para jama`ahnya.

Rokok telah membudaya di Indonesia. Menghilangkan rokok berarti membuat para perokok kehilangan daya semangatnya. Para perokok beralasan bahwa rokok telah merubah hidupnya sehingga bisa berfikir untuk melanjutkan kehidupan.

Sejarah dahulu menyebutkan yang merokok adalah orang dewasa. Hari ini, tragisnya anak kecil seusia sekolah dasar sudah berani merokok. Secara terang-terangan membeli rokok di penjual rokok.

Jika melihat dalam berbagai sudut ruangan kota ataupun kabupaten. Rokok telah mengakar dalam kehidupan rakyat Indonesia. Asbak berada di setiap tempat keramaian ataupun yang sepi. Asbak juga ada di warung kecil sampai warung besar. Seolah-olah mengaktan bahwa "merokoklah disini".

Apakah dengan naiknya cukai rokok akan menurunkan jumlah perokok aktif? Tentu tidak semudah itu. Melihat kebiasaan sebagian perokok aktif di Indonesia, bahwa mereka sampai mengganti sarapan nasi dengan sarapan rokok.

Rokok sudah membudaya, tentunya menghentikannya tidak hanya dengan regulasi saja. Tapi membutuhkan budaya baru yang lebih baik dalam setiap lingkup komunitas manusia di dalam masyarakat. Memperbaiki dari edukasi dari sejak kecil atau dini terhadap bahaya rokok. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline