Lihat ke Halaman Asli

Fikriyyah Fahma

Mahasiswa PIAUD

Menguatkan Mental si Anak

Diperbarui: 17 November 2019   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam mengasuh anak bukan cuma kecerdasan yang perlu diasah. Namun, mental anak sangat penting untuk dikembangkan, agar anak dapat menghadapi beberapa tantangan dan memecahkan solusi yang ia hadapi dalam hidupnya. Mendidik anak agar memiliki mental yang tangguh bukan dengan cara bertindak kasar, suka memberontak ataupun emosional. Melainkan, mengubah pikiran negatif menjadi realistis, membantu mengontrol emosi anak, dan menunjukkan kepada anak bagaimana bersikap positif.

Seperti ditulis di Psychology Today solusinya bukan hanya berfikir postif melainkan harus realistis. Dengan sebagai contoh anak akan menghadapi ujian tulis IPA awalnya ia berfikir tidak akan bisa lulus ujian IPA tersebut. Namun, pemikiran tersebut dapat diubah dengan realistis yaitu, jika ingin lulus ujian IPA maka harus belajar dengan giat agar mencapai nilai yang diinginkan tersebut. Anak yang mempunyai pikiran realistis akan merasa lebih baik dan lebih tangguh.

Kemudian bicarakan dengan anak tentang perasaannya. Orang tua mengajarkan anak bagaimana mengatasi perasaan yang tidak nyaman seperti, khawatir, cemas, dll. Ketika sedang mengobrol dengan anak, cobalah mengungkapkan perasaan orang tua. Bicarakan tentang bagaimana emosi tersebut mempengaruhi keputusannya. Seperti halnya, ketika anak sedang kesal dengan temannya lalu ia memilih untuk memukul temannya, apa yang akan terjadi? Temannya akan nangis karena sakit, temannya akan memusuhi si anak tersebut karena suka memukul, dll. Dengan cara tersebut anak akan mengelola emosinya lebih baik dari sebelumnya.

Perlu diketahui juga bahwa anak yang bermental kuat bukan anak yang sempurna. Biarkan dia melakukan kesalahan atau kegagalan dan beri ia pengertian bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses belajar. Cara ini dilakukan agar anak tidak malu ketika melakukan kesalahan. Lalu, ingatkan juga ke anak agar tidak melakukan kesalahan yang sama diwaktu yang berbeda.

Bangun karakter anak dengan keputusan yang lebih sehat. Perkuat nilai-nilai positif seperti kejujuran dan kasih sayang, daripada menang dengan menggunakan segala cara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline