Lihat ke Halaman Asli

Mau Dapat Jodoh Setia? Hindarilah Pacaran...

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir akhir ini aku sering meminjam beberapa buku tentang cinta dari beberapa teman temanku. Tak seperti biasanya, entah kenapa akhir akhir ini aku ingin saja membaca buku tentang cinta. Bahkan aku sempat membeli beberapa buku tentang cinta saat di acara islamic book fair kemarin. Dari sekian buku yang aku beli, justru aku paling tertarik dengan buku “Udah Putusin Aja!” karya ustad Felix Siauw. Buku ini sebenarnya sudah ku beli ber bulan bulan yang lalu, tapi entah kenapa baru kemarin aku benar benar tertarik untuk membacanya. Buku ini sebenarnya lebih ditujukan bagi mereka yang berpacaran, sedangkan aku sendiri sama sekali belum pernah berpacaran, tapi setidaknya buku ini bisa menambah wawasanku untuk semakin menjauhi pacaran ini.

Kebanyakan remaja saat ini beranggapan bahwa pacaran adalah tanda kedewasaan. Jadi, seorang anak laki-laki dikatakan sudah dewasa bila sudah mampu menggandeng, melakukan rutinitas dewasa lainnya, seperti apel malam mingu, jalan berdua, makan di kafe, dan tentu tidak ketinggalan, akhirnya melakukan adegan – adegan dewasa. #Eh.

Jujur yang membuatku kadang sangat prihatin adalah banyak anak anak perempuan yang bangga saat ditembak seorang cowok, alias punya pacar baru. Padahal sejauh pengamatanku selama ini, dalam pacaran yang jauh lebih dirugikan adalah pihak perempuan. Kenapa? Perempuan dinilai dari masa lalunya, sedangkan Laki laki dinilai dari masa depannya. Kalau seorang perempuan suka gonta ganti pacar, sudah pernah digerayangi, apa lagi sudah tidak perawan, dan orang lain tau, pasti laki laki akan menjauhinya karena dianggap kotor. Sedangkan laki laki? Mau dulunya playboy, tukang gonta ganti pacar, bahkan mantan gigolo pun kalau masa depannya cerah pasti akan dikejar kejar cewek (yang matre).

Sebagai lelaki dan perempuan yang normal, wajar jika rasa cinta muncul diantaranya karena cinta merupakan fitrah pemberian Allah. Apalagi jika sudah berinteraksi dalam waktu yang lama. Apa lagi jika satu kelas, Satu organisasi, Satu perkumpulan, atau sebagainya. Namun, bukan berarti ketika Allah mengaruniakan rasa cinta itu, lantas kita bisa mengekspresikannya sesuai kehendak kita seperti apapun yang kita inginkan. Ada caranya, ada aturannya. Karena itulah Islam diturunkan oleh Allah, supaya kita tetap menjadi manusia, bukan seperti Hewan yang bebas berekspresi saat mereka jatuh cinta.

Islam memandang cinta itu Agung dan suci, karenanya perlu diatur, dan aturannya tidak tanggung-tanggung, langsung dari pencipta kita, Allah SWT. Islam tidak mengenal hubungan-hubungan pra-pernikahan semisal pacaran dan tunangan. Faktanya, hubungan seperti ini bukan malah mengenalkan dua insan, tapi justru merusak, dan menjauhkan diri dari Allah SWT. Bagaimana mungkin sebuah pernikahan dan rumah tangga akan diridhoi, sakinah, dan mawadah, jika diawali dengan perbuatan yang dibenci Allah semisal pacaran ini. Islam dengan tegas mengharamkan interaksi lelaki dan wanita yang bukan mahram tanpa ikatan pernikahan. Pacaran memang tidak selalu berujung pada zina, tapi semua zina bermula dari pacaran.

Ironisnya, mayoritas remaja sebenarnya sudah tau bahwa pacaran adalah maksiat, tapi walaupun begitu, tetap saja dilakukan. Bahkan ada yang sampai berani menyebut hubungan pacaran mereka itu pacaran yang "Islami", dan Cinta karena Allah. Hal yang sangat konyol. Banyak dari remaja yang membicarakan masalah kesetiaan, bla bla bla. Sebenarnya kalau kita ingin mendapatkan pasangan hidup yang benar benar setia kelak, justru harusnya kita menjauhi pacaran. Bukan justru dengan pacaran bertahun tahun untuk bisa menguji kesetiaan itu. Kenapa? Logikanya sederhana..

Jika sebelum nikah saja sudah berani maksiat, lalu apa yang menghalanginya untuk tidak bermaksiat setelah menikah nanti?

Jika sebelum nikah saja berani ngajak pacaran, jangan heran kalau setelah nikah dia selingkuh, toh sama sama Maksiat kepada Allah.. Kan sama sama hubungan tanpa ikatan.. Kan sama sama tidak halal..

Jika sebelum nikah saja berani jelalatan memandangi tubuh kita, jangan heran kalau setelah nikah dia juga berani jelalatan memandangi tubuh orang lain.. Toh sama sama maksiat.. Sama sama zina mata kan..

Jika sebelum nikah saja berani pegang pegang tubuh, jangan heran kalau setelah nikah dia juga berani pegang pegang orang lain.. Toh sama sama maksiat.. Sama sama dosa kan..

Jadi yang bisa menjamin kesetiaan pasangan kita kelak hanyalah Allah. Jika pasangan kita beriman dan hanya takut pada Allah, pasti secara otomatis dia akan setia dan senantiasa menjaga diri dimanapun dan kapanpun karena Allah tanpa perlu kita awasi sekalipun, dan itu adalah jaminan mutlak. Begitulah logikanya. Sayangnya, kebanyakan remaja saat ini tidak mau berfikir kritis dan melihat jauh ke depan, sehingga terjerumus dalam perbuatan yang justru akan menghancurkan diri sendiri di kemudian hari. Aturan islam memang tegas, terlihat berat dan mengekang, tapi semua itu untuk kebaikan manusia sendiri. Aturan Allah me manusiakan manusia, agar kita tidak seperti Binatang yang hidup bebas aturan.

Lalu bagaimana caranya mendapatkan pasangan yang seperti itu? Jawabannya simpel. Jauhi pacaran. Lebih baik sendiri karena Allah dan memperbaiki diri agar kelak kita dibalas oleh Allah dengan diberikan pasangan yang terbaik, karena pasangan kita nanti adalah cerminan dari diri kita sendiri. Jika kita baik, tentu pasangan kita kelak juga akan seperti itu. Amin..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline