Lihat ke Halaman Asli

Transformasi Pendidikan Era Digital, Menelusuri Strategi Penggunaan ChatGPT yang Bijaksana bersama Dr. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc.

Diperbarui: 29 Juni 2024   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Wawancara bersama Akademisi Artificial Intelligence. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Senin, 20 Mei 2024 - Sejumlah mahasiswa IPB University telah melakukan wawancara dan diskusi bersama Dr. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc., seorang akademisi di bidang Artificial intelligence. 

Diskusi ini menjadi platform yang kaya untuk mengekslorasi potensi (Opportunity) dan tantangan (Threat) yang dihadirkan oleh teknologi modern dalam pendidikan, terutama melalui pemanfaatan ChatGPT(Generative Pre-training Transformer). 

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) yang beranggotakan Elsha Rahmanda Khaini (SB), Azdan Haikal Akmal (EP), Achmad Nur Huda (AGB), Fikri Ul Haqqi (MAN), di bawah bimbingan Ibu Dr. Widyastutik S.E., M.Si. dari Departemen Ekonomi Pembangunan.

Foto tim PKM-RSH bersama Dr. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc.

Dalam pertemuan ini, Ibu Meuthia menjelaskan secara rinci mengenai ChatGPT, sebuah alat bantu teknologi yang dapat digunakan oleh siswa dan berbagai pengguna lainnya untuk memperoleh penjelasan dan informasi yang luas dalam berbagai aspek. 

Menurut beliau, ChatGPT dapat dimanfaatkan dalam berbagai mata pelajaran, terutama ketika siswa diberikan topik yang harus dikaji secara mendalam. Yang mana ChatGPT  dapat memberikan support system untuk memberikan gambaran dan informasi yang dibutuhkan.

Ibu Meuthia juga menjelaskan bahwa ChatGPT memiliki kelebihan dan kekurangan

“Kelebihan ChatGPT, Ia dapat memberikan gambaran secara lebih besar pada siswa. Sehingga, yang awalnya sudut pandang siswa itu terbatas, tetapi dengan adanya respon dari ChatGPT yang lebih luas, menyebabkan sudut pandang siswa lebih luas lagi”. Ujar Ibu Meuthia. Namun, beliau juga mengingatkan bahwa ChatGPT tidak boleh dianggap sebagai satu-satunya sumber kebenaran dalam kegiatan akademik. "ChatGPT hanyalah alat bantu. Ia tidak dapat menjadi patokan utama dalam kegiatan akademik. Siswa harus tetap kritis dan mampu menyaring informasi yang diberikan," tambah Ibu Meuthia, menekankan pentingnya sikap analitis dalam penggunaan teknologi ini.

Lebih lanjut, Ibu Meuthia mengungkapkan bahwa ChatGPT memiliki potensi besar untuk merangsang kreativitas siswa. Misalnya, dari informasi yang disajikan oleh ChatGPT, siswa merespon 5W+1H(What, Who, When, Where, Why, How), ChatGPT dapat membantu siswa menggali lebih lanjut dan menghasilkan ide-ide baru. 

"Dari informasi yang disajikan oleh ChatGPT, siswa dapat merespon dengan pertanyaan-pertanyaan kritis yang kemudian memicu mereka untuk menghasilkan ide-ide kreatif," jelas beliau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline