Lihat ke Halaman Asli

fikri syah

Menari Dengan Literasi

Cerita dari Suku Baduy, Refleksi Kehidupan Modern dan Harmoni Alam

Diperbarui: 14 Juli 2024   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Setelah bergelut dengan tugas kuliah yang bisa membuat siapa pun merasa seperti kepala mereka dihantam oleh palu godam, saya dan teman saya memutuskan untuk melarikan diri ke tempat yang sudah lama tidak kami kunjungi. Destinasi kami adalah Baduy, sebuah suku yang terletak di Lebak, Banten. Terakhir kali saya menginjakkan kaki di sana adalah sekitar tahun 2014, yang terasa seperti seabad lalu. Oh, betapa waktu berlalu begitu cepat!

Namun, kunjungan kali ini, tepatnya pada 14 Juli 2024, membawa kejutan tersendiri. Ada fenomena yang beberapa waktu lalu viral di media sosial, bahkan kemungkinan besar, hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat. Nama yang sedang naik daun adalah Rumsyah, seorang gadis Baduy dengan kecantikan alami yang memukau. Tidak ada operasi plastik, suntik botox, atau produk kecantikan modern lainnya. Seperti oase di padang pasir, kecantikannya mengingatkan kita pada zaman sebelum kita tergila-gila pada standar kecantikan yang ditetapkan oleh filter Instagram.

https://ameera.republika.co.id/berita/sfbnu7425/rumsyah-baduy-jadi-perbincangan-di-tiktok-siapa-dia

Rumsyah menjadi buah bibir netizen setelah kolaborasinya dengan seorang TikToker terkenal, Ci Vilmei. Ketika Ci Vilmei berkunjung ke Baduy Luar dan mengajak Rumsyah membuat konten TikTok, dunia maya pun gempar. Dalam video tersebut, Ci Vilmei bertanya pada Rumsyah tentang satu keinginannya. Dengan polosnya, Rumsyah menyebut dua keinginannya: pergi ke Jakarta dan memiliki ponsel. Sungguh sebuah ironi, mengingat banyak dari kita yang rela membayar mahal untuk detoks digital sementara Rumsyah, yang hidup di dunia yang belum tercemar teknologi, justru menginginkan hal sebaliknya.

Tentu saja, ini menimbulkan pertanyaan: bukankah suku Baduy dilarang memiliki teknologi? Jawabannya ya dan tidak. Bagi suku Baduy Dalam, teknologi adalah tabu. Mereka hidup dalam kesederhanaan yang murni, jauh dari hiruk-pikuk dunia modern. Namun, suku Baduy Luar, tempat Rumsyah berasal, sudah mulai beradaptasi dengan teknologi. Mereka tidak sepenuhnya terisolasi dari dunia luar dan sudah mulai melek teknologi.

Oke, mari kita berhenti sejenak membicarakan Rumsyah. Meski pesona barunya membuat dunia maya gempar, ada nilai-nilai yang jauh lebih penting dan patut kita teladani dari suku Baduy. Salah satunya adalah kehidupan mereka yang masih alami dan harmonis dengan alam. Bagi mereka, menjaga alam adalah bagian dari ajaran spiritual dan kepercayaan yang mereka anut. Mereka meyakini bahwa kehidupan yang natural dan bebas dari teknologi modern membantu mereka melatih jiwa dan pikiran untuk tidak terikat pada kenikmatan duniawi.

koleksi pribadi

Suku Baduy sangat memegang teguh prinsip-prinsip hidup yang selaras dengan alam. Mereka percaya bahwa interaksi berlebihan dengan modernisasi dapat merusak tradisi dan keyakinan mereka. Oleh karena itu, mereka menjalani hidup tanpa campur tangan teknologi, yang bagi mereka adalah sumber polusi informasi yang berpotensi mengubah mereka menjadi pengikut produk-produk modernisasi. Ironisnya, di zaman di mana banyak dari kita berusaha untuk "kembali ke alam," suku Baduy sudah hidup dalam keadaan yang banyak kita idamkan.

Contoh kehidupan suku Baduy ini bisa kita jadikan sebagai role model dalam upaya mencari keseimbangan antara kehidupan modern dan alam. Mereka mengajarkan kita bahwa hidup yang selaras dengan alam bukan hanya tentang melestarikan lingkungan, tetapi juga tentang menjaga kesejahteraan spiritual dan mental. Dengan menjalani kehidupan yang alami, suku Baduy telah menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa dibeli dengan teknologi atau produk modern. Sebaliknya, kebahagiaan ditemukan dalam kesederhanaan dan harmoni dengan alam.

Menariknya, Rumsyah dengan segala kepolosan dan keinginannya akan teknologi modern, memberikan kita cermin untuk melihat kontradiksi dalam hidup kita. Di satu sisi, kita mengagumi kehidupan alami suku Baduy dan ingin menirunya. Di sisi lain, kita terus mengejar kemajuan teknologi dan modernisasi yang justru menjauhkan kita dari kesederhanaan dan kebahagiaan sejati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline