Majalah Time menetapkan tokoh tahunan atau Person of the Year 2019 pada seorang pelajar perempuan asal swedia berumur 16 yang bernama Greta Thunberg.Di umur yang masih terbilang belia mendapat gelar penghargaan tersebut adalah sebuah keunikan dan hal yang luar biasa, mengingat pada seusisa itu pola pikir seseorang masih cenderung kekanak-kanakan. Tapi tidak untuk Greta Thunberg, dia mulai menginisiasi gerakan bolos sekolah dan berdemo di depan Gedung parlemen swedia untuk mengingatkan akan bahaya perubahan iklim. Menuntut para politisi serta pemimpin dunia untuk mengambil tindakan tegas dalam merespon permasalahan krisis iklim yang kian hari semakin mengkhawatirkan. Berkat aksinya itu banyak masyarakat dari berbagai penjuru dunia yang sadar dan mulai berpartisipasi dalam Gerakan memperingati perubahan iklim atau biasa disebut Climate Strike, ramai-ramai para pelajar dan elemen masyarakat lainnya melakukan aksi serupa yang dilakukan oleh Greta Thurberg. Tidak sampai disitu Greta Thurberg juga diundang diberbagai forum internasional untuk menjadi pembicara. Tak lain dan tak bukan hanya satu yang disampaikan seorang gadis muda swedia itu, tentang isu lingkungan. Dia lantang berbicara kepada para pemimpin dan politisi dunia menuntut untuk memprioritaskan masalah lingkungan dalam agenda kebijakan mereka. Sungguh luar biasa apa yang telah dilakukan Greta Thurberg. Ini membuktikan bahwa hari ini isu lingkungan telah menjadi Bahasa utama dalam percakapan dunia. Orang-orang di forum internasional tidak lagi bertanya ‘apakah kamu berbicara Bahasa inggris atau bahasa negara lainnya?’, akan tetapi yang mereka tanyakan adalah ‘apakah kau berbicara tentang isu lingkungan?’. Tak terkecuali untuk Indonesia. Lalu kita bertanya sejauh mana pengaruh Indonesia dalam isu lingkungan? Mari kita bahas
Pertama Indonesia adalah negara yang memiliki hutan tropis terluas ke 3 di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik(BPS) Indonesia memiliki Kawasan hutan tropis seluas 129,9 juta hektar. Membuat Indonesia menempati urutan ke 3 sebagai negara dengan jumlah luas hutan terbesar di dunia setelah Brazil dan Kongo, juga daerah hutan Kalimantan yang dianggap sebagai paru-paru dunia. Itu artinya Indonesia punya peran penting dalam menjaga iklim bumi lewat hutan tropis yang dimiliki. Namun data lain menunjukan semakin hari Kawasan hutan di Indonesia semakin menyusut. Menurut BNPB dalam rentang tahun 2018-2019 telah terjadi 425 kasus kebakaran hutan dan lahan, menyebabkan luas lahan terbakar di seluruh wilayah Indonesia mencapai 857.756 hektar (ha) yang teridentifikasi dari Januari hingga September 2019 dengan rincian lahan mineral 630.451 ha dan gambut 227.304 ha. Menurut Kementrian LHK dan Kehutanan tahun 2017, karhutla menyumbang 25% dari total emisi GRK nasional. Peristiwa karhutla ini telah manyumbang Emisi dengan jumlah yang sangat besar yang tentu saja akan mempengaruhi iklim dunia.
Kedua Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke 4 di dunia. Dari data terakhir BPS yang dilakukan 5 tahun sekali menunjukan jumlah penduduk di Indonesia sebanyak 238 juta pada tahun 2015 dan diproyeksikan pada 2020 akan meningkat sebanyak 271 juta. Dengan banyaknya jumlah penduduk maka banyak juga kebutuhan yang harus diproduksi baik sandang, pangan, maupun papan, itu artinya pertumbuhan sektor industri di Indonesia sangatlah pesat. Pabrik-pabrik dibangun dengan skala besar untuk memenuhi kebutuhan produksi. Bukan dengan tanpa resiko jika Indonesia menjadi negara industri yang besar. Gas emisi yang dihasilkan pabrik-pabrik sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim, menurut data Kementrian LHK dan Kehutanan tahun 2017 emisi GRK yang dihasilkan dari sektor energi mencapai 49% dari total keseluruhan emisi GRK di Indonesia. Belum lagi emisi yang diakibatkan transportasi mengingat masyarakat Indonesia yang belum terbiasa dengan budaya memakai transportasi umum membuat kepemilikan kendaraan pribadi masih terbilang banyak. Bayangkan dengan populasi penduduk terbesar ke 4 di dunia berapa banyak jumlah transportasi yang ada di Indonesia terutama milik pribadi, dan betapa banyak emisi yang akan dikeluarkan nantinya.
Ketiga Indonesia adalah negara maritim yang memiliki 17.499 pulau yang terbentang dari sabang sampai marauke dengan luas laut mencapai 3,25 juta km2 dan 2,55 juta km2 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia. Letak Indonesia yang berada digaris katulistiwa membuat negara ini memiliki iklim yang nyaman . Tentunya ini adalah salah satu faktor kunci dalam perubahan iklim. Laut adalah pengatur iklim bumi, pada waktu udara panas di siang hari laut berfungsi sebagai penyejuk dengan menyerap energi panas dalam jumlah yang sangat besar sehingga daratan menjadi sejuk, sebaliknya ketika waktu udara dingin di malam hari laut berfungsi sebagai penghangat dengan melepas energi panas yang telah di serap saat siang hari sehingga daratan menjadi hangat. Arus laut yang panas juga menyebabkan curah hujan yang tinggi karena udara yang berada di atas lautan banyak membawa uap air. Curah hujan yang tinggi tak hanya berfungsi sebagai pemasok kebutuhan air tawar bagi mahluk hidup akan tetapi berfungsi juga untuk mencuci atmosfir dan daratan dari zat yang tidak berguna atau polutan. Laut Indonesia juga menjadi rumah bagi ekosistem terumbu karang, rumput laut, padang lamun, dan hutan bakau atau biasa disebut juga sebagai ekosistem karbon biru. Sejumlah riset menunjukan bahwa hutan bakau, padang lamun, dan rumput laut 10 kali lebih efektif menyerap karbon dioksida per Kawasan dari pada hutan tropis, subtropis, dan boreal. Terlebih Indonesia merupakan negara yang memiliki Kawasan mangrove terluas di dunia yaitu sekitar 23 persen dari hutan bakau global. Ini menjadi modal penting bagi Indonesia dalam menangani perubahan iklim memalui ekosistem karbon biru ini.
Itulah fakta-fakta yang menunjukan bahwa Indonesia memiliki posisi penting dalam menangani perubahan iklim dunia. Separuh dari permasalahan yang dibahas oleh seorang person of the year Greta Thurberg tentang krisis iklim di forum internasional sebenarnya ada di Indonesia. Oleh karena itu kita sebagai warga Indonesia dan khususnya pemerintahannya harus menaruh perhatian lebih terhadap isu ini. Karena Indonesia adalah bagian dari dunia, masalah dunia sudah tentu menjadi masalah Indonesia juga. Perubahan iklim adalah permasalahan dunia yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Dampaknya pun sudah dirasakan oleh beberapa negara termasuk Indonesia sendiri. Banjir di Jakarta awal tahun kemarin adalah salah satu contoh dari imbas perubahan iklim. Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak peduli terhadap lingkungan. Karena dengan menjaga lingkungan berarti kita juga sedang menjaga iklim dunia. Salam lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H