Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Eksotis Mengeksplor Kampung Kukuk Sumpung

Diperbarui: 6 April 2024   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan Menuju Kampung Kukuk Sumpung

Gemuruh hujan disertai hawa dingin yang menusuk kulit menyambut kedatangan aku dan teman - teman di kantor Kepala Desa, setelah kurang lebih menempuh perjalanan sekitar dua jam lamanya dari Jakarta. Aku melakukan perjalanan ini bersama dengan teman - temanku dalam rangka menjalankan program kerja dari organisasi yang kami ikuti yakni kegiatan abdi masyarakat. Program abdi masyarakat ini bernama KOMENG (Komunikasi Mengajar). Kami memilih melakukan program KOMENG di salah satu kampung pedalaman, yakni Kampung Kukuk Sumpung yang terletak di daerah Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

Setibanya di kantor Kepala Desa, aku dibuat bungkam oleh kondisi jalanan yang menjadi akses perjalanan kami dari kantor Kepala Desa hingga ke pemukiman warga kampung Kukuk Sumpung. Akses jalan yang akan kami lalui itu beralaskan tanah merah dan bebatuan, sehingga aku bertanya - tanya di kepalaku, akan selicin apa jalanan tersebut ketika kita berjalan di atasnya nanti. Kami dijemput oleh warga setempat menggunakan dua mobil pickup, aku berada di mobil pickup pertama dengan beberapa temanku, dan teman - temanku yang lain berada di mobil pickup kedua. Perjalanan kami menuju pemukiman warga pun dimulai. Ditengah rintiknya hujan, kami melakukan perjalanan dengan berbagai permasalahan yang menghadang, akses jalan yang beralaskan tanah merah dan bebatuan menjadi musuh terbesar dalam perjalanan kami. Mobil kami beberapa kali terperosok ke dalam kubangan, sehingga kami harus membantu untuk mendorong mobil agar bisa lolos dari kubangan. Setelah berhasil melalui kubangan yang menghadang, kami dikagetkan dengan sampainya kabar buruk dari rombongan mobil kedua yang masih berada jauh dibawah kami. Mereka dihadapkan dengan mesin mobil yang overheat sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan. Terkejut mendapatkan kabar buruk tersebut, Supir yang mengendarai mobil kami dengan tegas mengambil langkah untuk menjemput teman - temanku yang berada di mobil kedua. Aku terdiam, membayangkan, apakah artinya kami akan diarahkan untuk berjalan melewati jalanan yang sangat buruk dan licin ini? Ternyata benar, Supir di mobil mengarahkan rombongan kami untuk melanjutkan perjalanan hingga ke pemukiman warga dengan berjalan kaki, sementara beliau akan kembali turun untuk menjemput teman-temanku yang masih terjebak di bawah sana. 

Proses berjalan kami pun dimulai. Diiringi rintik air hujan yang cukup deras, beserta angin kencang yang menyelimuti tubuh, kami berjalan diatas tanah merah dan bebatuan dengan membawa barang yang cukup berat pada jalanan yang menanjak. Tujuan utama kami hanyalah satu, menemukan gubuk untuk beristirahat seperti yang dikatakan oleh pak supir di saat kami hendak berpisah. Sesampainya di gubuk yang dimaksud oleh pak supir, aku kembali dibuat terdiam, sebab ternyata gubuk yang kami temui berada di tepi jurang, sehingga ketika disana, aku dan teman - temanku tidak ada yang berani untuk duduk dan beristirahat di dalamnya, kami hanya menaruh barang kami di dalam gubuk tersebut, kemudian kami berdiri kembali di bawah rintikan hujan untuk menunggu teman - teman rombongan kedua yang sedang dijemput sampai di gubuk ini.

Rombongan mobil kedua pun sampai di gubuk. Kabar tidak menyenangkan pun kembali datang dari supir kami, beliau mengatakan bahwa dari gubuk sampai ke pemukiman, harus ditempuh dengan cara berjalan kaki, sebab mobil sudah tidak bisa melanjutkan perjalanan, dikarenakan kondisi jalanan yang akan ditempuh bermacam - macam, mulai dari jalanan menurun, landai hingga menanjak. Akhirnya dengan segala kepasrahan, kami pun menerima pernyataan pak supir tersebut, dan meneruskan perjalanan dari gubuk hingga ke pemukiman warga dengan berjalan kaki. Ditemani dengan kawan baru kami, yakni jalanan tanah merah berlumpur disertai bebatuan, kami mengalihkan perasaan pasrah kami dengan menjadikan proses berjalan tersebut sebagai perjalanan yang seru, dengan berbagai masalah yang kami hadapi, seperti ada yang terpeleset, ada yang kakinya terkubur, pakaian penuh dengan lumpur, hal - hal tersebut kami anggap sebagai hiburan atau keseruan dibalik sulitnya rintangan perjalanan yang kami hadapi. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima puluh menit, akhirnya kami pun tiba di pemukiman warga Kampung Kukuk Sumpung. 

Perjalanan yang aku lakukan bersama dengan teman-temanku untuk sampai di Kampung Kukuk Sumpung tidak sia-sia. Saat sampai di kampung, kami disambut dengan pemandangan alamnya yang sangat indah. Kami bisa melihat bentangan gunung menjulang serta bisa melihat sibuknya kota dari Kampung Kukuk Sumpung ini. Kami merasakan suasana yang sangat sejuk serta ditambah warga masyarakat dari Kampung Kukuk Sumpung yang sangat ramah kepada kami, termasuk Pak Putut. Pak Putut merupakan seorang pendatang yang berasal dari Bali dan membantu memberdayakan sumber daya yang terdapat  di kampung Kukuk Sumpung. Beliau menyediakan rumah untuk kami tinggali, selama kami melakukan program abdi masyarakat di kampung Kukuk Sumpung ini.

Keindahan Alam Kampung Kukuk Sumpung

Keesokan harinya kami mengajar di sekolah dasar yang berada di ampung Kukuk Sumpung, lalu kami dikejutkan dengan lokasi sekolah yang ternyata berada di puncak gunung, dari rumah Pak Putut menuju ke sekolah tersebut sangatlah jauh dan membutuhkan waktu untuk tiba di sekolah tersebut tersebut. Kegiatan kami di sekolah dasar Kampung Kukuk Sumpung hanya seputar belajar sambil bermain, seperti membuat cupcake, tanding balon sarung dan kuis matematika. Aku senang melihat anak - anak Kampung Kukuk Sumpung sangat antusias dan terbuka dengan kami, membuat kami tidak menyesal datang ke Kampung Kukuk Sumpung walaupun dengan perjalanan yang sangat panjang dan jalanan licinnya. Selain itu, aku baru mengetahui bahwa hanya sedikit guru yang mengajar di sekolah tersebut, mungkin disebabkan karena jauhnya letak sekolah, tetapi banyak dari warga Kukuk Sumpung menjadi sukarelawan untuk mengajar anak - anak di sekolah.  Satu hal lagi yang mengejutkan bagiku yaitu anak - anak Kampung Kukuk Sumpung terpaksa oleh keadaan harus bisa mengendarai motor sedari kecil agar bisa pergi ke sekolah karena jauhnya letak sekolah mereka. Tetapi, dari semua hal - hal sulit tersebut, aku dibuat kagum dengan anak - anak ampung Kukuk Sumpung, karena mereka sangat semangat dalam bersekolah dan menimba ilmu.  

Kegiatan Belajar SD Kampung Kukuk Sumpung

Aku dan teman-temanku melaksanakan program pengabdian masyarakat di Kampung Kukuk Sumpung ini selama dua hari. Selama aku berada di kampung ini, aku mendapat banyak sekali pembelajaran. Pembelajaran yang aku dapatkan yaitu kegigihan masyarakatnya untuk terus menimba ilmu meskipun dengan fasilitas yang kurang memadai, apalagi aku juga baru mengetahui  bahwa di Kampung Kukuk Sumpung ini sangat sulit mengakses air bersih, padahal Kampung Kukuk Sumpung berada di daerah pegunungan. Selain itu, aku belajar tentang bagaimana masyarakat kampung ini memiliki kepedulian yang tinggi, termasuk terhadap orang baru seperti aku dan teman-temanku. Aku beruntung bisa berkunjung ke kampung ini dengan berbagai pengalaman yang telah aku lewati baik suka ataupun duka. Perjalananku di Kampung Kukuk Sumpung terasa sangat menyenangkan dengan apa yang aku dapatkan, seperti pemandangan alam hingga senyum bahagia yang terlukis dari wajah anak-anak saat bersama dengan aku dan teman-temanku.

Foto Bersama Kegiatan Komunikasi Mengajar (Komeng)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline