Lihat ke Halaman Asli

Fikri Mubarok Pamungkas

Mahasiswa-UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Telaah Karya Ibn Miskawaih dalam Historiografi Islam "Tajarub al-Umam wa Ta'aqub al-Himam"

Diperbarui: 16 Juni 2023   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Miskawaih, seorang cendekiawan Muslim pada abad ke-10, menulis "Tajarub al-Umam wa Ta'aqub al-Himam". Nama lengkap Miskawaih ialah Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya'qub Ibn Miskawaih. Beliau lahir di Kota Ray atau Iran pada tahun 320 H/932M dan wafat di Asfahan pada 9 safar 421H (16 februari 1030M). Ibn Miskawaih ini belajar sejarah kepada Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi (350/960) mengenai buku Tarikh al-Thabari, dan belajar filsafat kepada Ibn al-khammar, yang merupakan seorang komentator terkenal tentang filsafat Arstoteles. Ibn Miskawaih juga digelari guru ketiga (al-Mualimin atTsalits) setelah al-Farabi yang digelari guru kedua (al-Mualimin alTsani) sedangkan yang dianggap guru pertama (al-Mualimin alAwwal) adalah Aristoteles.

Penulis Tajarub Al-Umam wa Ta'Aqub Al-Himam, yang dipublikasikan sebanyak tiga juz di Kairo (1915-1916 M). Juz terakhir karya ini tampaknya suplemen dari tajarup Al-Umam karya Abu Syuja' ditambah tulisan Hilal As-Shani mengenai sejerah islam hingga tahun 393 H. Nenek moyang miskawaih adalah penganut agama masuji sebelum memeluk islam. Perjalanan hidupnya kurang banyak diketahui. Informasi yang tersedia hanya menyebutkan ia adalah penjaga buku-buku koleksi wazir Al-Muhallabi. Kemudian bekerja Ad-Daulah dan Shamsham Ad-Daulah dari dinasti buwaih. Karirnya semakin cemerlang saat menjadi pejabat di kota Ray. Miskawaih dikenal berintegrasi dan lugas dalam mengungkapkan pikiran-pikiranya. Sejak muda ia telah mendalami ilmu filsafat, kedokteran, dan al-kimia.

Sementara itu sumber filsafat etika Ibn Miskawaih berasal dari filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran syariat Islam, dan pengalaman pribadi. Ibn Miskawaih adalah seorang teoritas dalam hal-hal akhlaq artinya ia telah mengupas filsafat akhlaqiyah secara analisa pengetahuan. Ini tidaklah berarti bahwa Ibn Miskawaih tidak berakhlaq, hanya saja persoalannya di tinjau dari segi pengetahuan semata-mata.

Keahlian Ibn Miskawaih dibuktikan dengan karya tulisanya berupa buku dan artikel. Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh Ibn Miskawaih ada 41 buah. Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al-akhlak), tetapi disini yang dibahas merupakan karya yang berjudul "Tajarub al-Umam wa Ta'aqub al-Himam", Miskawaih menulis kitab itu dengan tujuan untuk memberikan panduan praktis dalam membangun masyarakat yang adil dan baik. Dalam konteks yang melihat keruntuhan berbagai dinasti dan perubahan politik pada masa itu, Miskawaih mengemukakan prinsip-prinsip politik dan etika yang harus dipegang oleh pemimpin dan masyarakat dalam mencapai keadilan dan kemakmuran.

Karya monumentalnya dibidang sejarah, Tajarup Al-Umam, ditulis oleh beliau pata tahun 369/979M, mengupas masa dinasti Abbasiyyah sejak tahun 295 H termasuk kondisi sosial politik, konflik-konflik, dan konflik Abbasiyyah dengan wilayah-wilayah sekitarnya seperti Bysantium. Selain itu, juga mengupas sejarah Dinasti Buwaihi dan dinilai sebagai sumber orisional mengenai sejarah islam dimasa kritis tersebut terutama yang berkaitan dengan sejarah sistem administrasi, moneter, dan kemiliteran. Karya miskawaih ini telah diterjemahkan kebahasa inggris oleh Margholioth dan Amedroz dengan judul The Eclipse of the Abbasid Caliphate dan dipublikasikan pertama kali di london (1920-1921 M).

Adapun isi ringkasan "Tajarub al-Umam wa Ta'aqub al-Himam" terdiri dari beberapa bab yang membahas berbagai aspek politik, etika, dan pemerintahan. Miskawaih membahas pentingnya kepemimpinan yang bijaksana, keadilan, dan integritas moral dalam menjalankan tugas pemerintahan. Ia juga menekankan pentingnya pendidikan dan kebudayaan sebagai landasan dalam membangun masyarakat yang baik. Kitab ini memberikan nasihat dan petunjuk praktis bagi para pemimpin dan masyarakat dalam mengelola urusan publik dan mencapai kesejahteraan bersama.

"Tajarub al-Umam wa Ta'aqub al-Himam" memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengembangan pemikiran politik dan etika Islam. Miskawaih menekankan pentingnya moralitas dalam kepemimpinan dan tindakan politik. Ia memandang pemerintahan yang baik sebagai alat untuk mencapai keadilan dan kebaikan bersama. Pemikiran Miskawaih mengenai keadilan sosial dan pentingnya integritas moral dalam kepemimpinan telah memberikan pengaruh yang luas dalam pemikiran politik dan etika Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline