Kabupaten Jember dikenal sebagai penghasil utama komoditas perkebunan dan pertanian, yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat lokal maupun daerah lainnya. Salah satu contoh potensial adalah pertanian jeruk siam di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, yang memiliki lahan seluas 66,9 hektar. Desa ini dikenal sebagai penghasil jeruk siam terbesar di Kecamatan Umbulsari, dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani jeruk siam.
Sebagai pemasok utama jeruk siam, hasil panen dari Desa Sukoreno dipasarkan tidak hanya di wilayah setempat, tetapi juga ke luar kota. Permintaan jeruk siam meningkat selama musim panen. Namun, karena dijual dalam bentuk buah segar, banyak jeruk yang tidak terjual menjadi busuk. Selain itu, harga jual jeruk siam cenderung rendah, sehingga pendapatan petani tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Menyadari potensi dan kendala ini, kami berupaya untuk meningkatkan nilai ekonomi jeruk siam dengan mengolahnya menjadi produk inovatif yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Kami memperkenalkan konsep pengolahan jeruk siam menjadi produk bernama "CITRUSME". Nama ini berasal dari kata "Citrus," yang merupakan nama ilmiah jeruk siam (Citrus nobilis), dan "me," yang dalam bahasa Inggris berarti "milikku," sehingga bermakna sebagai produk olahan jeruk siam milik masyarakat Desa Sukoreno.
Masalah utama yang memicu permasalahan di atas adalah proses penjualan jeruk siam yang melibatkan tengkulak. Sebelum dijual, buah jeruk disortir berdasarkan kualitas, di mana jeruk dengan kualitas rendah tidak laku dijual dan sering kali hanya dikonsumsi sendiri oleh petani. Harga jual jeruk siam berkisar antara Rp5.000 hingga Rp10.000 per kilogram, tergantung pada kualitas dan musim. Pada saat panen raya, harga jeruk cenderung turun drastis, sehingga banyak petani yang memilih menanam secara bergiliran untuk menghindari penurunan harga.
Meski budidaya jeruk membutuhkan waktu sekitar 9 bulan, dengan pola tanam bergiliran, ketersediaan jeruk siam tetap terjaga sepanjang tahun. Namun, faktor cuaca, hama, dan penyakit dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas panen, sehingga semakin banyak jeruk yang tidak lolos sortir.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan diversifikasi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah jeruk siam, sehingga dapat mengurangi kerugian yang dialami petani. Oleh karena itu, kami menyelenggarakan kegiatan pengabdian dari bulan April hingga Oktober 2023.https://drive.google.com/file/d/1enUZwijHDk5r6fAgqGm1pFm9R4MyUsnS/view?usp=sharing
Kami melaksanakan program ini sebagai bagian dari Community Empowerment yang didukung oleh Beasiswa Djarum, yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat lokal melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam pengolahan produk jeruk siam, sehingga mereka dapat menciptakan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H