Lihat ke Halaman Asli

Ilusi Pendidikan

Diperbarui: 10 Mei 2016   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : http://baltyra.com/wp-content/uploads/2011/05/piala1.jpg
Pendidikan diyakini sebagai sebuah sarana untuk membentuk karakter, membangun jati diri dan menguasai berbagai bidang ilmu.

Barulah nyata hasilnya, jika karakter yang telah terbentuk, jati diri yang terbangun dan ilmu yang dikuasai bisa benar-benar bermanfaat bagi kehidupan dan dimanfaatkan untuk hidup.

Namun fakta, berkata lain. Pendidikan sekarang baru sebatas menghasilkan jejeran piala, kumpulan medali dan setumpuk sertifikat.

Mengapa?
Karena memang begitulah proses yang terjadi. Sekolah-sekolah lebih sering dan senang, mengumumkan hasil-hasil kejuaraan dan kompetisi, hasil-hasil penilaian ini dan itu serta hasil peringkat ini dan itu.

Karena kerja keras dan kesuksesan sekolah diukur dengan cara itu, maka proses yang terjadi, anggaran yang disiapkan, perangkat yg dibuat, mengarah untuk mencapai hal-hal di atas.

Rasa-rasanya, nyaris jarang terdengar di sekolah, misalnya, mengumumkan tingkat pencapaian kesadaran menjaga kebersihan di sekolah, keberhasilan pembiasaan ibadah, kesuksesan program membaca, daftar anak-anak yang berakhlak dan suka menolong, dlsb...

Di satu sisi, para Guru dengan bangga nya, menyatakan keberhasilan, ketika para muridnya berhasil mendapatkan nilai bagus-bagus di kelasnya, seolah berhasil pula pendidikan yang dituangkan di kelasnya, padahal itu hanya bentuk keberhasilan anak menghafal sejumlah materi pelajaran.

Di lain pihak, para ortu dengan sumringah menceritakan kepada koleganya, anak saya juara ini-itu, anak saya terpilih dan berhasil di bidang ini-itu, padahal, ortu ybs tau persis, betapa iya harus selalu tarik urat leher untuk sekedar membangunkan anaknya di pagi hari, di saat menemaninya belajar pada detik-detik masa-masa ulangan dan ujian. Tak jarang para ortu lebih pede menciptakan kecerdasan anaknya pada lembaga atau guru bimbel.

Dan kemudian, secara makro, di tengah-tengah masyarakat kita, hasil pendidikan secara kasat mata adalah : berteriak lebih disukai, memaksakan kehendak dapat lebih cepat memberi manfaat, berbeda pandangan jadi sumber masalah, serba instant jadi trend kehidupan, kaya harta jadi kebanggaan, miskin harta jadi kenistaan, nilai rendah memalukan, akhlak baik tak masuk penilaian. Sukses juga bisa instant. Kejujuran diabaikan, keimanan digadaikan.

Sekali lagi, pendidikan kini telah menjadi ilusi, karena makin jauh dari visi dan gemar pd moment-monment sensasi

‪#‎AyoSelamatkanGenerasi‬
‪#‎stopilusidalampendidikan‬
‪#‎Gurubervisijauhdarisensasi‬

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline