By. Fikri Jamil Lubay
Hari Jum’at selalu diidentikkan dengan hari yang penuh barrokah. Hari Jum’at Juga merupakan Penghulu dari seluruh hari. Puncak dari dari seluruh hari. Hari yang ditunggu-tunggu oleh Ummat Muslim sedunia.
Sangat istimewa, bahkan hari ini juga merupakan dimana Sholat Jum’at dikerjakan oleh para lelaki muslim baik beriman maupun tidak. Baik sudah akil baligh maupun belum. Baik yang mau atau pun tidak mengerjakannya.
Satu yang pasti “denda” untuk muslim baligh dan tidak berhalangan berat untuk segera hadir ke mesjid sudah menuggu. Begitu istimewanya hari Jum’at.
Jum’at ini pun saya mencoba mengajak semua yang mengaku Muslim untuk berfoya-foya. Menghambur-hamburkan yang ada dan kita mampu berbuat untuknya.
Wah gawat ini, bisa-bisa tidak pulang ke lorong AA Palembang kena semprot Ustad yang dikenal fanatik dan sekaligus suka mencubit, atau dizaman dulu pakai rotan segala untuk menertibkan para murid badungnya.
Karena, selama ini kata berfoya-foya selalu identik dengan hal-hal yang mubazir yang tentu terlarang dalam Islam. Kenapa juga judul diatas harus digunakan kata berfoya-foya yang begitu antagonis.
Saat ini perilaku penggunaan kata tidak lazim (antagonis) sepertinya sedang menjangkiti para anak muda negeri ini. Bahkan kata-kata ‘gila’, ‘syetan’, ‘iblis’ dan sejenisnya sudah menjadi bahasa pergaulan anak muda zaman sekarang.
Okelah, kalau begitu mari kita yang sudah cukup berumur ini turut memahami keinginan anak-anak yang masih mengaku muda itu untuk mencoba mengkaji dan tetap berfikir positif didalam penggunaan kata-kata dan memilah memilihnya menjadi sebuah kata yang bermakna tausyiah.
Arti kata berfoya-foya
Didalam web artikata.com dan sama juga dengan kbbi.co.id bahwa berfoya-foya merupakan kata kerja yang berarti “menghamburkan uang untuk tujuan bersenang-senang (menonton, makan minum, bermain-main, dsb): uangnya habis untuk...”.