Lihat ke Halaman Asli

fikrijamil

Wong Dusun Tinggal di Kampung

Jebakan Zona Nyaman

Diperbarui: 7 September 2016   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

keluar dari kepompong. foto dokpri

By. Fikri Jamil Lubay

Saya sudah betah kerja disini” begitu kata si Gundul disuatu pagi ketika diajak oleh Mang Ujang untuk pindah pekerjaan. Bujuk rayu Mang Ujang yang menjanjikan sebuah masa depan yang berbeda tak kuasa membujuk si Gundul yang sudah sangat betah bekerja di Toko Kelontongan milik Koh Acong.

Mang Ujang tidak lah serta merta kehilangan akal agar adik bungsunya ini mau ikut dengannya bergerak sedikit saja kepinggiran kota untuk berhijrah sambil berlari meninggalkan pekerjaan sebelumnya, karena Mang Ujang tahu betul disebelah terminal sana banyak semut yang doyan dengan rencana bisnisnya... namun apalah daya... tetap saja bujuk rayu Mang Ujang tetap tidak mampu menembus tembok tebal sang adik bungsunya yang keras kepala dan mulai bikin sebal Mang Ujang.

Dalam lamunannya Mang Ujang teringat dengan peristiwa 15 tahun yang lalu yang menimpa dirinya sendiri. Waktu itu mungkin dia juga berada dalam suasana yang sama dengan adiknya sekarang. Waktu itu dia juga sudah sangat betah dengan gaji yang tetap dan memadai. Sekedar untuk sesuap nasi Dia tidak perlu membanting tulang untuk lelah bekerja... apalagi sampai mengemis. Pokoknya semua sudah dipenuhi oleh juragannya yang begitu baik terhadap dirinya dan keluarganya.

Namun waktu itu, entah dari mana, jiwa Mang Ujang begitu bergejolak seperti memberontak bahwa Dia bisa hidup lebih luar biasa dari kondisinya sekarang. Istihara pun dilakukan sebagai langkah awal. Langkah yang tadinya tidak begitu yakin saat ini malah menjadi sebuah energi keyakinan yang luar biasa dengan satu kesimpulan bahwa “Saya harus meninggalkan pekerjaan ini” seru Mang Ujang kepada Bik Ipah sang istri setianya.

Si Bibik terlihat hanya manggut dan sepertinya nunut saja sebagaimana kebiasaannya selama ini yang tahu betul seperti apa sikap Sang Suami. Kalau lah Mang Ujang sudah berkehendak mana ada yang bisa menahannya. Dan aneh serta uniknya, selalu saja keyakinan Mang Ujang menjadi kenyataan.

Diskusi disore berkabut itu, yang ditemani oleh secangkir kopi dan rebusan ubi kayu dengan topik “pindah kerja” itu sepertinya bukan terjadi antara sepasang suami istri namun lebih terlihat dan terdengar seperti diskusi para politisi kawakan seperti yang biasa tersaji ditivi-tivi itu.

Bik Ipah yang biasanya hanya terdiam akhirnya bangkit juga untuk memberikan saran dan pendapat. Dia yang selama ini manut saja, kali ini seperti blingsatan mendebat untuk meminta keyakinan lebih dari Mang ujang sebagai suami kepala keluarga.

Terdengar sayup santun Bik Ipah berujar, “Pa, Bukanlah Ombak dan badai yang mama takutkan, tapi jangan sampai kapal ini karam dipinggir dan tidak bisa sampai kedermaga dengan selamat”.... begitulah ujaran cinta seorang Bik Ipah mengingatkan suaminya.

Dengan keyakinan yang pasti dan ditambah dengan kesabaran yang luar biasa, akhirnya Bik Ipah mampu digoda juga oleh Mang Ujang sehingga semua keluarganya bisa melihat hasilnya setelah lima belas tahun dilalui oleh Mang Ujang dan Bik Ipah sekeluarga.

Penuh keyakinan dan keteguhan sebagai pribadi yang berkarakter dan berintegritas kuat menjadikan perjalan Mang Ujang dan Bik Ipah sukses seperti sekarang ini dan menjadi buah bibir semua orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline