By. FIKRI JAMIL, S.Kep, Ners, M.Si
Menarik dicermati sambutan pembuka tahun Walikota Prabumulih di apel bulanan Senin, tanggal 4 januari 2016 dihalaman kantor Pemerintah Kota Prabumulih yang menjelaskan posisi Kota Prabumulih sekaligus mengevaluasi secara gamblang kinerja beberapa SKPD Dilingkungan Pemerintah Kota Prabumulih. Salah satu yang menarik perhatian adalah pernyataan Beliau untuk menjadikan Kota Prabumulih sebagai kota “tujuan” bukan kota “perlintasan” atau Kota “Transit” di bumi pertiwi ini. Untuk kami sebagai aparat Pemerintah Kota Prabumulih memaknai sambutan Walikota Prabumulih tersebut sebagai arahan atau bahkan instruksi untuk merubah wujud (image) Kota Prabumulih tidak lagi sebagai Kota Transit. Terus pertanyaannya adalah seberapa penting hal tersebut dilakukan? Dan dengan cara apa dan bagaimana bisa dilakukan?. Mari kita pahami satu per satu keinginan Pak Wali tersebut guna mewujudkan Kota Prabumulih sebagai Kota Tujuan.
ASAL MULA KOTA PRABUMULIH SEBAGAI KOTA TRANSIT
Penulis belum menemukan hasil riset ilmiah yang menyebutkan dan mendasari sebutan asal mula Kota Prabumulih sebagai Kota Transit. Namun penulis mencoba by factual dari yang penulis alami sendiri. Beberapa tahun yang lalu penulis tinggal di Kota Baturaja Ogan Komering Ulu dan sering bepergian ke Kota Palembang untuk beberapa pekerjaan seperti mengajar dan lain sebagainya. Kendaraan yang sering penulis gunakan adalah mobil travel, ditengah jalan (baik dari Palembang ke Baturaja atau sebaliknya), abang sopir travel tersebut akan bilang ke para penumpang bahwa mobilnya nanti akan mampir dirumah makan di Kota Prabumulih untuk sekedar Buang Air Kecil (kencing) atau makan. Kemudian kalau ada Bus mau ke Muara Enim, Lahat, Pagar Alam dan seterusnya pasti juga mampir di Kota Prabumulih untuk sekedar buang hajat, melepas lelah, makan terus berangkat lagi. Mungkinkan dari sanalah asal mula Kota Prabumulih disebut sebagai Kota Transit.
Kalau betul sungguh tidak beruntung Kota Prabumulih sebagai Kota Transit yang berkonotasi demikian. Namun kalau konotasinya adalah mau kemana saja orang keluar dari Provinsi Sumatera Selatan ini mau tidak mau, suka tidak suka harus melewati Kota Prabumulih maka akan cukup berdampak banyak terhadap kehidupan masyarakat Kota Prabumulih terutama kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya. Banyaknya masyarakat yang singgah di Kota Prabumulih tentu akan sangat banyak menggerakkan kehidupan Masyarakat Kota terutama sektor-sektor non formal. Rumah makan tumbuh seperti cendawan dimusim hujan, pedagang bakso dan warung tegal berhamburan, mau cari makan selama 24 jam pun tersedia dengan mudah di Kota Prabumulih. Sehingga layak jugalah Kota Prabumulih disebut sebagai kota dagang dan kota jasa karena Prabumulih sebagai disebut sebagai “kota transit”. Apapun itu yang jelas Kota Prabumulih sekarang sudah dikenal dimana-mana. Hal ini juga menjadikan masyarakatnya tidak perlu lagi minder dengan menyebut asal dan tinggalnya di Kota Prabumulih bumi seinggok sepemunyian. Yes Prabumulih Kota PRIMA Berkualitas. Sekarang masyarakat bangga sebagai masyarakat Kota Prabumulih.
MENJADIKAN PRABUMULIH SEBAGAI KOTA “TUJUAN”
Bagaimana dengan Prabumulih “Kota Tujuan”. “ Kota Tujuan” bermakna banyak sekali, namun apapun itu tujuan utamanya adalah mensejahterakan masyarakat Kota Prabumulih sebagai tujuan dasar dari suatu proses pembangunan. Membedah Prabumulih sebagai “Kota Tujuan” pasti membutuhkan waktu yang lama, diskusi yang panjang, riset yang mendetail dan pendekatan komparasi yang melelahkan. Kalau lah boleh di-share di kolom ini, kita hanya akan membatasi pada apa yang disebut sebagai pilar “PRABUMULIH PRIMA” (Prestasi, Religius, Inovatif, Mandiri dan Aman). Diberbagai kesempatan Walikota Prabumulih sering menyampaikan bahwa masalah Prabumulih adalah (1) Masalah sosial dengan masih banyaknya penduduk miskin; (2) Masalah Ekonomi dengan masih tinggginya tingkat pengangguran; dan (3) Masalah Infrastuktur (baik infarstruktur dasar maupun pendukung). Dengan demikian secara tidak langsung, apa yang disampaikan oleh Walikota Prabumulih tersebut merupakan aplikasi dari Pilar PRABUMULIH PRIMA. Sekedar mengingatkan bahwa ada empat Pilar Prabumulih PRIMA yaitu : (1) Good governance dan clean goverment; (2) Dibukanya lapangan pekerjaan untuk mengurangi kemiskinan; (3) Infrastruktur sampai ke pinggiran kota; dan (4) Smart City.
Program pengentasan kemiskinan sudah dituangkan didalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kota Prabumulih berbasis by name by Address (BNBA). Penghargaan pihak luar terhadap program ini sudah sangat banyak, terakhir Bapak Walikota Prabumulih mendapatkan penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden RI pada peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional di Kupang NTT. Hal ini menunjukkan berbagai program yang dilakukan Pemerintah Kota Prabumulih diapresiasi oleh banyak pihak. Sejak tahun 2014 yang lalu pemerintah Kota Prabumulih telah bergerak secara sistematis, terukur dan terarah dalam membuat program pengentasan kemiskinan. Dimulai dari membangun rumah baru yang tidak layak huni milik sendiri sampai dengan program bantuan yang bertujuan memandirikan masyarakat melalui peningkatan pendapatan berbasis keluarga.
Saat ini Kota Prabumulih berumur 14 tahun (berdiri 17 Oktober 2001). Insya allah sudah akil baligh sebagai DOB dari Kabupaten Muara Enim. Data PDRB terakhir tahun 2014 ini menunjukkan indikator yang baik yang dapat diungkapkan untuk melihat basis kehidupan masyarakat Prabumulih sebagai sebuah “KOTA”. Kita coba pakai cara ukur PDRB yang lama dulu dengan menggunakan 7 sektor usaha yang dikelompokkan kedalam 3 sektor pada tabel dibawah ini tentang PERKEMBANGAN KONTRIBUSI PER SEKTOR KOTA PRABUMULIH TAHUN 2003, 2008 DAN 2013