Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Wijaya Putra (BEM UWP) menggelar seminar bertajuk "Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan di Era Digital : Aspek Hukum dan Pencegahan" pada Jum'at, 24 Januari 2025.
Narasumber pada seminar tersebut adalah Tis'at Afriyandi, S.H., M.H., yang merupakan akademisi sekaligus advokat pada Surabaya Children Crisis Center (SCCC) dan Aironi Zuroida, M.Psi., Psikolog yang merupakan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Wijaya Putra serta dipandu oleh moderator yakni Puguh Alexander dari BEM UWP.
Pada sesi pemaparan, Tis'at Afriyandi mengawali dari fakta masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak. Salah satunya bersumber dari kekerasan yang muncul dari penggunaan internet.
"Ada Cyber Bullying, Cyber Fraud, Porn, Cyber Gambling, dan Cyber Stalking. Inilah yang harus menjadi perhatian dalam perkembangan dunia digital.", paparnya.
Ia memaparkan bahwa modus kejahatan terhadap anak dan perempuan dalam dunia digital di antaranya melalui profiling, grooming, transmisi, dan eksploitasi. Oleh karenanya, negara menaruh perhatian khusus dengan memberi perlindungan hukum bagi anak dan perempuan.
"Indonesia telah memberikan perlindungan melalui sejumlah peraturan perundang-undangan seperti UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual, UU Kekerasan Anak, UU ITE dan sebagainya. Namun masyarakat masih awam terhadap peraturan tersebut, sehingga tugas kita bersama untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat.", ujarnya.
Selanjutnya, narasumber kedua yakni Aironi Zuroida membahas dari sudut pandang psikologis. Ia memaparkan bahwasanya kekerasan digital salah satunya terjadi karena penyebaran konten kekerasan dan penghinaan yang tersebar secara luas sehingga dianggap suatu hal yang wajar bagi masyarakat.
"Akibatnya, empati masyarakat terhadap korban menjadi berkurang", kata Aironi.
Ia menekankan langkah-langkah preventif dan represif untuk mengurangi angka kekerasan terhadap anak dan perempuan tersebut. Salah satunya ia menekankan peran penting dari keluarga.
"Kedua orang tua dituntut berperan aktif dalam pengasuhan, termasuk peran sang ayah. Terlebih Indonesia merupakan negara dengan tingkat Fatherless yang tinggi di dunia." Ujarnya.