Menurutku hidup merupakan suatu anugerah dari tuhan yang di berikan kepada kita. Bahkan secara cuma-cuma,memang kita tidak pernah meminta. Tapi seharusnya itu menjadi suatu amanah yang smestinya harus kita jaga. Hanya saja kita terkadang lupa akan hal itu dalam menjalani hidup. Menyianyiakan apa yang ada dan apa yang telah kita punya serta risau akan hal yang belum menjadi milik kita. Waktu dan energi terbuang sia-sia yang seharusnya bisa kita manfaatkan untuk mengoptimalkan potensi dalam diri kita ,lewat begitu saja tanpa meninggalkan bekas yang berharga. Hanya akan ada penyesalan di hari tua dan tak kan kembali untuk selama-lamanya.
Dua hal yang perlu kita ketahui bahwasanya waktu kita terbatas dan tujuan hidup harus jelas?.Dua hal ini seharusnya menjadi refleksi dalam diri kita. Apakah kita sudah bijak menggunakan waktu?berapa prosentasenya dalam sehari?apakah lebih banyak diisi hal-hal yang bermanfaat? Atau hal-hal yang sia-sia?. Waktu tidak akan pernah kembali lagi,berjalan terus menerus dan tak akan pernah berhenti. Kitalah yang bertanggung jawab akan hal itu menjadikannya modal untuk menebus kebahagiaan yang hakiki suatu saat nanti atau malah menghamburkannya tanpa tujuan yang berarti yang di ikuti penyesalan tanpa henti.
Perlunya kesadaran untuk menanamkan dua hal tersebut dalam diri kita. Tak mudah memang tapi itu harus diterapkan.James Clear dalam bukunya atomic habits mengatakan "Waktu memperbesar margin antara kesuksesan dan kegagalan". Semakin banyak waktu yang kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat maka kesuksesan akan dekat dengan kita, sebaliknya kegagalan akan hadir dalam hidup kita jika waktu kita habis untuk hal-hal yang sia-sia.
Mari bergegas kencangkan ikat pinggang untuk bersiap merekonstruksi diri agar menjadi pribadi yang berkontribusi,mewujudkan mimpi-mimpi yang berguna sampai mati. Hiraukan hal-hal yang merugi,fokus mengembangakan potensi diri. Hingga suatu saat nanti kita akan menuai apa itu mimpi.
Hanya saja terkadang ekspektasi tak sesuai dengan realita dan tak semulus harapan kita,jalan terjal nan curam serta kabut tebal menyertai perjalanan kita,kadang kala kita mengeluh untuk melewatinya,namun tidak untuk orang-orang yang memiliki prinsip dan jiwa yang kuat.
Melewatinya menjadi sebuah keharusan meskipun harus dengan pengorbanan yang melelahkan. Ungkapan singkat,padat nan elok "Mengeluh merapuhkan jiwa" yang mengandung makna mendalam,menjadi suatu pengingat dan penyemangat. Itulah pemberian berharga dari seorang guru tatkala melihat murid-muridnya berwajah sayu,murung dan layu. Penawar yang efektif sebelum terkena penyakit serta penyuntik semangat tatkala mulai layu.
Ungkapan yang sangat familiar dalam telinga kita "usaha tidak akan menghianati hasil" menjadi sebuah obat tatkala kita dihadapkan dalam keadaan yang sangat pelik,menjadi sebuah pemantik semangat disaat keletihan dan hambatan menghantui. Menjadi setetes harapan akan suatu yang mungkin tak bisa dimiliki. Tak hayal semangat yang tadinya redup,mengembang bak api yang berkobar-kobar,wajah yang muram berubah menjadi terang benerang ,mata yang sayu mulai berbinar-binar. Jalan yang tadinya curam yang di sekitarnya jurang mulai melandai tanda tujuan sudah sampai.
Akhir kata tangis bahagia dan gembira yang tersisa,sampai tidak bisa berkata-kata meski hanya orang biasa yang berusaha mengungkapkan kata dengan segala rasa agar bermakna. Tanpa berbesar kepala karena tak ada kata sempurna,serta masih banyak kurangnya. Berharap orang-orang yang membaca menangkap isi dan faham akan maknanya. Mohon maaf sebesar-besarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H