Indonesia memiliki hutan yang sangat luas dan menempati urutan ketiga sebagai hutan terluas di Dunia dengan hutan Tropis dan sumbangan hutan hujan Kalimantan dan Papua.
Hal ini membuat Indonesia menyimpan banyak potensi energi mikrobiologi yang sangat diperlukan dunia. Enegi mikrobiologi berfungsi sebagai sumber energi di dunia dan hanya ditemukan di hutan hujan tropis.
Namun, Indonesia juga setiap tahunnya kehilangan lahan hutan yang disebabkan oleh kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam dan juga manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, teknologi revolosi 4.0 sebaiknya sudah dapat diterapkan pada hutan Indonesia.
Salah satunya yaitu dengan memasang alat sensor untuk mendeteksi kebakaran hutan yang di pasang di tempat-tempat yang berpotensi menciptakan kebakaran Hutan. Alat sensor kebakaran hutan ini nantinya memonitoring empat parameter diantaranya Suhu, Kelembapan, CO2 dan CO.
Pada alat pendeteksi kebakaran hutan ini tidak lupa pemasangan jaringan sensor nirkabel untuk penempatan sensor, jangkauan antena, penempatan panel surya di daerah hutan dan desain kontruksi untuk pemasangan sensor sungai.
Jika alat sudah dipasang ditempat yang startegis, sensor secara efektif menangkap mengirim informasi yang diperlukan untuk memantau kualitas air, polusi udara, bahaya kebakaran hutan dan ancaman lain yang dapat dipantau oleh petugas Kehutanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H