Lihat ke Halaman Asli

Inilah Keajaiban Alam, Aku Mempercayainya

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu ujian adalah minggu yang ditunggu oleh mahasiswa pintar untuk dengan bangga memamerkan nilai A berderet rapi kepada orang tuanya. Tapi buat saya, dan mungkin beberapa teman yang satu kaum, minggu ujian adalah minggu yang kedatangannya selalu diiringi dengan keluhan. Entah hanya diucapkan atau sampai didokumentasikan dalam situs jejaring sosial.

Ujian, tiga suku kata. U-ji-an. Uji mendapat akhiran -an. Harusnya Kamus Besar Bahasa Indonesia menambah arti baru untuk kata ini. Arti barunya adalah mencetak foto, tempel di kartu peserta ujian, cek jadwal, cari nomer hp anak pintar dan rajin di kelas, sms dia, pinjam catatannya, lalu yang terakhir fotokopi.

Saya adalah mahasiswa B. Saya selalu mendapatkan nilai B. Okay tak selalu, tapi 90% nilai saya adalah B. Entah kenapa, sebodoh-bodohnya saya dalam menjawab soal, saya akan mendapat nilai B. Begitu juga jika saya belajar mati-matian. Belajar mati-matian di sini dapat didefinisikan belajar selama 15 menit di malam hari untuk ujian keesokan harinya.

Saya akan menceritakan beberapa keajaiban yang terjadi saat saya ujian. Mudah-mudahan kamu yang membaca ini terinspirasi untuk mengulang kesuksesan saya dalam berkarier di kampus. Atau setidaknya dijadikan pedoman untuk berbakti bagi universitas dan transkrip nilai.

Adalah ujian statistika I, contoh sesat dari SKS (Sistem Kejar Semalam) yang berhasil (atau gagal, tergantung parameternya). Statistika 1 adalah mata kuliah tentang kumpulan angka yang berada di dalam kotak, kemudian angka tersebut berubah menjadi simbol yang mirip huruf Yunani kuno. Setidaknya begitu yang saya lihat.

Saya, Nugraha, Bison, dan Andre mengambil dosen pengampu Statistika I yang sama. Kami  janjian untuk belajar bareng sehari sebelum ujian. Kost Nugraha-lah yang menjadi media pendalaman materi (terdengar sangat akademis) saat itu. Masing-masing sudah membawa bahan materi yang akan diujikan. Semua terlarut dalam persiapan sebelum ujian. Ada yang latihan menjawab soal, ada yang baca bahan fotokopian, dan ada yang makan gorengan.

Suasana berlangsung khidmat selama dua tiga jam. Yang terlontar dari mulut kami adalah angka atau rumus. Jika orang lain melihat peristiwa tersebut, sepertinya ia akan percaya kami adalah mahasiswa rajin dan idaman mertua. Tanya jawab sudah, menghafal semua rumus sudah, mengerjakan latihan soal sudah, makan sudah, bercanda dan ngatain orang juga sudah. Serempak berhenti ketika otak dirasa sudah tidak kuat menampung informasi baru lagi. Tak terasa sudah jam tiga pagi. Padahal ujian akan berlangsung jam setengah delapan. Tiba-tiba, ide busuk muncul ke permukaan. Sangat busuk.

“Wah udah jam segini. Ini kalau tidur gue bakal bablas. Ga bakal bangun buat ujian.” Bison membuka.

“Iya nih, gue juga takut ketiduran.” Nugraha menambah.

“Sama gue juga!” Andre ikutan.

“Ya enaknya gimana?” Saya memancing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline