Lihat ke Halaman Asli

Fikri Dwi

Fakir Ilmu

Generalisasi Sejarah

Diperbarui: 5 Desember 2021   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari data yang ada, kata “Revolusi” dapat menjadi dasar penelitian, sedangkan “Revolusi Pemuda” adalah kesimpulannya. Perlu dicatat bahwa sejarah adalah ilmu yang menekankan keunikan, sehingga penelitian apapun tidak boleh hanya didasarkan pada asumsi umum saja. Generalisasi atau kesimpulan umum memang diperlukan dalam sejarah. karena sejarah adalah ilmu pasti. Orang yang tidak menggeneralisasi tidak dapat membedakan "pohon" dari "hutan" atau membedakan "hutan" dari "taman". Generalisasi sejarah dapat menjadi spesifikasi atau bahkan anti-generalisasi untuk ilmu-ilmu lain. Generalisasi memiliki dua tujuan, yaitu saintifik dan penyederhanaan.
 
Saintifikasi/Ilmiah
 Saintifikasi juga merupakan ilmu yang menarik kesimpulan umum dan  melihat teori yang lebih besar karena sering kali berbeda dari generalisasi pada tingkat yang sempit Dengan adanya konstanta sesuatu  dapat diprediksi secara ilmiah, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial (termasuk sejarah) ramalan tidak penuh dengan kepastian dan hanya berupa kemungkinan-kemungkinan.
 Contoh: bagi Marxisme revolusi adalah perjuangan proletariat melawan borjuasi, tetapi revolusi Indonesia bukanlah perjuangan kelas yang mengkritisi sumber penafsiran dan penulisan
 
Simplifikasi/Penyederhanaan
Simplifikasi adalah penyederhanaan analisis. memudahkan tugas sejarawan. Bahkan, ada metode penelitian sosial yang mengklaim bahwa orang datang ke lapangan dengan kepala kosong.Tetapi Anda harus menyederhanakan untuk menulis sesuatu.
 Contoh: Peristiwa di Paderi pada tahun 1803-1838 berakhir dengan konflik antara kelompok agama dan kelompok adat yang berkembang menjadi perlawanan terhadap penjajah.

 Jenis-Jenis Generalisasi
 
 - Generalisasi Konseptual
Disebut generasi konseptual karena merupakan konsep yang menjelaskan fakta. Ketika orang mengatakan revolusi, mereka membayangkan pertempuran, pertumpahan darah, cpengadilan masa, embelotan, perubahan kepemimpinan dan perbudakan. mereka memiliki denotasi dan konotasinya sendiri.


- Generalisasi personal Generalisasi personal dalah asumsi bahwa seseorang (pribadi) identik dengan hal-hal umum (umum). Dengan logika, ada cara berpikir yang menyamakan bagian-bagian dengan keseluruhan atau pars pro toto. Generalisasi pribadi juga berpikir demikian.Misalnya, kemerdekaan Indonesia dengan Soekarno-Hatta dan Orde Baru dengan Presiden Soeharto jelas tidak  salah, hanya  berarti kita menghilangkan peran orang lain.


- Generalisasi Tematik
Tema ini mengacu pada tema-tema tertentu dan catatan sejarah yang telah ditulis dengan judul buku Contoh Sejarah Amerika Abad Pertama ditandai dengan budaya Puritan, masa kanak-kanak dimulai dengan baik dan kemudian hingga dewasa ia mulai  disiplin oleh orang tuanya.

- Generalisasi Spasial
Umumnya orang sering membuat generalisasi tentang tempat sehari-hari dan pemikiran untuk membuktikannya, Penduduk kota selalu membayangkan bahwa setiap orang di Yogya memakan (kolak kedelai) nama yang digunakan untuk candi bacem.

- Generalisasi periodik
Jika kita melakukan periodisasi, kita juga  akan menarik kesimpulan umum tentang suatu periode Nama periode jelas tergantung pada sudut pandang dan juga tergantung pada jenis sejarah tertulis.

- Generalisasi Sosial
Kami selalu menganggap kelompok sosial sebagai sesuatu yang umum sebagai sebuah kelompok, misalnya kami mengklasifikasikan petani Jawa dan petani Eropa  memiliki karakteristik yang sama.

- Generalisasi Kasual
Generalisasi kasual atau kausalitas adalah generaslisais sebab akibat dalam rangkaian perkembangan, pengulangan, dan perubahan sejarah  

- Generalisasi Kultural 

Adalah menarik konklusi generik menurut kategori budaya, contohnya yg mengkategorikan menjadi aktuis NU adalah yang selalu bersarung & tahlil. Kita bisa melakukan penelitian sejarah menurut dalam generalisasi kultural atau yang disebut “daerah hukum adat” yg diciptakan oleh Van Vollenhoven & Ter Haar. “Daerah hukum adat” yg seperti menggunakan konsep “cultural area” bisa dijadikan daerah yg natural buat sejarah agrarian atau sejarah politik pada taraf local. 

- Generalisasi Sistematik 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline