Lihat ke Halaman Asli

Tenda Ceper Salah Siapa?

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Kota Padang tak asing lagi mendengar tempatseperti Tenda Ceper. Sudah menjadi kebiasaan bahkan rutinitas bagi sekelompok orang yang mengunjungi tempat tersebut. Posisi tenda yang rendah menjadi persoalan karena berpotensi terjadinya hal-hal yang dapat merusak moral. Perbuatan maksiat berulang-ulang dilakukan seperti yang dilansir media lokal. Keterpaksaan seakan menjadi kambing hitam dalam perbuatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak ingin disalahkan. Tuntutan kerasnya hidup menjadi ayat-ayat dalam pasal kehidupan.

Kehadiran Tenda Ceper tidak terlepas dari beberapa aktor yang berperan dibaliknya. Apakah itu dari pihak pemerintah, pelaku usaha, atau konsumennya. Tidak logis kiranya jika menjudge pihak-pihak tersebut. Namun perlu dikaji lagi siapakah pelaku utamanya.

Pemerintah Kota Padang mempunyai wewenang dalam menjalankan kebijakannya mengelola Kota Padang. Tenda Ceper misalnya. Nah, pertanyaan yang mendasar, kenapa tenda ceper itu masih ada hingga sekarang? Sekiranya aparat yang berwenang tentunya telah melakukan penertiban dalam mengatasi persoalan tersebut. Namun, hingga kini masih terus menjamur pelaku usaha beserta konsumen yang masih aktif.

Bagi pelaku usaha tenda ceper, tentunya ini menjadi sumber penghasilan. Berdalihkan kata “tapaso mode iko, dek tuntutan hiduik” seakan menjadi senjata ampuh ketika ditanya kenapa merendahkan tenda. Pelaku usaha tersebut juga banyak yang “bermain” dengan aparat. Sehingga terciptanya kongkalingkongantar pihak dalam mempertahankan tenda ceper.

Pengunjungtentunya wajib dikaji dalam persoalan ini. Menurut pengakuan beberapa pelaku usaha, banyak yang mengatakan pengunjung rata-rata mahasiswa dan pelajar.Karena diberi akses, tentunya ini menjadi angin segar bagi sekelompok pelajar atau mahasiswa kurang ajar” yang menikmatinya. Seharusnya masyarakat sadar akan hal ini, bukan terpedaya oleh keadaan. Seolah-olah melimpahkan tanggung jawab tanpa memberikan solusi. Seperti hanya bisa mengatakan “Harusnya gini, harusnya gitu”.

Sebagai masyarakat kota padang, sudah keharusan merasa bertanggung jawab dalam persoalan ini, Kota Padang yang akan menggelar alek gadang 30 Oktober 2013 juga diharapkan melahirkan pemimpin yang dapat membawa Kota Padang lebih baik. tentunya persoalan tenda ceper ini juga diselesaikan. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline