Lihat ke Halaman Asli

Dilema antara Penyakit dan Kebutuhan Ekonomi Desa Singaparna

Diperbarui: 29 Juni 2020   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Istilah dari pandemi ini menyoroti pentingnya negara-negara di seluruh dunia untuk bahu membahu secara kooperatif dan terbuka satu sama lain dan bersatu sebagai lini utama dalam mengendalikan situasi ini. Negara-negara diminta untuk mendeteksi, mengetes, merawat, mengisolasi, melacak dan mengawasi pergerakan masyarakat.

Di Indonesia, sejak dua kasus pertama COVID-19 yang telah diumumkan pada 2 maret 2020, Jumlah kasus terus membengkak dan tersebar ke 32 Provinsi. Per tanggal 26 Juni 2020 sekarang Indonesia telah mengalami kasus positif sebanyak 51.427 Jiwa , 21.333 jiwa sembuh, dan 2683 jiwa meninggal dunia.

Kendati demikian tidak menakutkan warga/masyarakat di Desa Singaparna, dalam sistuasi seperti ini masyarakat berkegiatan seperti biasa dan kondusif, masyarakat Desa Singaparna mematuhi apa yang telah dianjurkan oleh pemerintah setempat dan larangan apa yang harus tidak dilakukan.

Situasi masyarakat tidak panik tak seperti yang telah diberitakan oleh media-media yang membuat Sebagian masyarakat Indonesia ketakutan. Masyarakat Desa Singaparna memilih tenang dan waspada saat berkegiatan di luar ruangan.

Tentu masyarakat bersikap seperti itu memiliki alasan diantaranya masalah ekonomi yang telah dirasakan saat mengalami pandemi. Tidak ada satu pun yang terkena gejala Covid-19, karena masyarakat pun mematuhi protocol-protokol Kesehatan.

Selain kondisi ekonomi yang memaksa masyarakat untuk keluar rumah, peran penting tokoh masyarakat pun sangat mempengaruhi kondusifitas masyarakat. Hal ini masyarakat Desa Singaparna mampu mendengarkan tokoh-tokoh yang ada di lingkungannya dengan baik.

Tokoh-tokoh masyarakat ini umumnya adalah pemuka agama yang senantiasa memberikan ceramah tentang bagaiman hidup sehat, kedamaian dan ketentraman bagi masyarakat, tidak menimbulkan kegaduhan-kegaduhan dengan memberikan informasi-informasi yang sesat.

Dalam mensiasati itu yang harus dilakukan pemerintah adalah megetahui apa yang menjadi kebutuhan masyarakat saat pandemi dan memberikan informasi dan himbauan yang pas untuk masyarakat agar tidak simpangsiur. Dengan memberikan solusi yang kongkrit, masyarakat dapat mematuhi apa yang dihimbau oleh pemerintah.

Masalah ekonomi memang tidak bisa dihindari saat pandemi seperti ini, pembatasan kepada pelaku usaha yang bekerja diluar tidak bisa bekerja di rumah sebagaiman yang pemerintah inginkan.

Tentu dilema yang dirasakan oleh masyarakat untuk tetap tinggal di rumah tak terkena penyakit atau tinggal di rumah dengan mati kelaparan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline