Saya masih ingat pesan yang disampaikan oleh pemateri ketika mengikuti temu nasional yang diikuti oleh berbagai peserta PBSB yang tersebar kuliah di beberapa kampus ternama di Indonesia, ketika itu acaranya diselenggarakan di pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, pada akhir tahun 2012 dengan tema "Santri Menulis"
Ketika itu setiap orang disuruh untuk menulis artikel dankemudian dikumpulkan, sehingga kalau tidak salah acara ini memecahkan rekor MURI dengan predikat ribuan santri menulis
Karena temanya adalah menulis, maka materi-materi yang disampaikan oleh pemateri juga tentang penulisan dan jurnalistik. kata pemateri saat itu, beliau menyampaikan dengan bahasa yang esktrim tentang menulis ini, kalau tidak salah pemateri menyampaikan dengan bahasa yang seperti ini :
"Menulis itu diibaratkan seperti seorang ibu yang sedang berjuang untuk melahirkan bayinya, sangat susah dan sangat berat perjuangannya, tetapi ketika jabang bayi sudah keluar, maka semua proses persalinannya akan lancar, yang susah dan sangat berat itu hanya proses berjuang mengeluarkan kepala si bayi itu, tapi jika sudah keluar sedikit, maka semuanya akan beres. Naaah begitu juga dengan menulis, untuk menulis itu terasa sangaat susah dan sangat berat, kebanyakan dari kita bingung apa yang di tulis, bingung ide apa yang akan dikeluarkan dan dituliskan, tetapi jika sudah mulai menulis sedikit saja, maka insyaAllah semuanya akan lancar. Naaah untuk memulai menulis tulisan itulah yang sangat susah"
Mungkin banyak dari kita merasa susah dan berat untuk menulis sehingga tidak pernah menulis, (dalam artian menulis artikel, pemikiran, cerpen, dan yang lainnya). namun percayalah, semua itu hanya memerlukan proses, bisa diibaratkan seperti sebuah proses melahirkan, walaupun sangat berat, tetapi ketika sudah keluar sedikit saja dari kepala sang bayi, maka semua prosesnya akan lancar. Tinggal seberapa besar perjuangan kita dalam menghadapi proses seperti ini.
Ada pepatah mengatakan :Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan "....." apakah cuma sebatas nama ? manusia mati meninggalkan sebuah tulisan dan karya. jika ingin dikenal di gengerasi selanjutnya.
Orang-orang besar dizaman dahulu, kita tidak pernah tahu persis bagaimana bentuk wajahnya, bagaimana perawakannya, apa saja pakaian yang dipakainya. Namun kita kita sangat akrab dengan nama-nama mereka. Lihat saja Imam-Imam besar dalam Islam, Imam Syafi'i yang terkenal dengan karyanya Al-Umm, Imam Bukhari dan Muslim yang terkenal dengan kitab haditsnya Shahih Bukhari dan Muslim, Imam Malik dengan karyanya Kitab Muwattha. Imam Nawawi dengan karyanya kitab Riyadhus Shalihin, Syekh Arsyad Al-Banjari dengan kitab beliau Sabilal Muhtadin, Syekh Zakariyya Al-Kandahlawi dengan kitab fadhilah amal, fadilah haji, fadhilal sedekah, dan masih banyak lagi. Mereka semua besar dengan karya-karyanya, dikenal luas di berbagai belahan dunia dengan karya-karya besarnya, yang senantiasa setiap waktu karya-karya mereka selalu saja dibaca dan dipelajari.
Apakah mereka semua "para orang-orang besar dizaman dahulu" pernah kursus menulis ? apakah mereka pernah mengikuti pelatihan jurnalistik ? mungkin insyaAllah tidak pernah.
Lalu mengapa mereka bisa menulis karya yang luar biasa sehinnga sampai zaman sekarang terus dibaca dan dipelajari ?
Tentu semua itu karena semangat mereka yang luar biasa, keikhlasan yang luar biasa, baik dalam menuntut ilmu dan mengajarkannya. Sehingga mereka mampu melahirkan karya-karya yang sangat luar bisa, yang menyebabkan ilmu-ilmu yang mereka ajarkan dahulu masih bisa kita pelajari saat ini berkat karya-karya yang mereka tulis dengan ikhlas di zaman dahulu. Wallahu A'lam
Semoga kita semua diberikan oleh Allah kemampuan dan semangat dalam belajar dan tulis menulis dengan baik. Amin ya Rabb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H