Mahasiswa Pengembangan Masyarakat Islam Semester 7 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara yang beranggotakan Egi Hermawan Sitorus, Affan Saifullah Ahmad, Ahmad Suryadi, Fikrah Khairani Siregar, Nilam Sari Pakpahan, Fifi Cahyanti, Rofifah Abiyyah Lubis, dan Dwi Yanti melakukan melakukan pemberian rekomendasi kebijakan (policy brief) kemudian hasil rekomendasi tersebut akan dilakukan berupa sosialisasi tentang Upaya Membangun Kesadaran Diri Untuk Mencegah Tawuran Antar Remaja yang dilaksanakan di Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Sedang pada tanggal 11 Januari 2024.
Pelaksanaan kegiatan ini di bimbing langsung oleh bapak Ilham Mirzaya Putra, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Teknik Perencanaan dan Rekayasa Sosial. Sebelum memberikan rekomendasi kebijakan para mahasiswa melakukan identifikasi, observasi, dan wawancara kepada aparatur desa, ketua karang taruna, dan masyarakat setempat terkait masalah yang terjadi di Desa Saentis dan yang menjadi masalah utama di desa tersebut adalah tawuran antar remaja. Setelah permasalahan ditemukan kemudian para mahasiswa melakukan diskusi kelompok dan berkonsultasi bersama dengan bapak Dr.Ahmad Rudi Sihaloho, MA untuk menemukan solusi permasalahan tawuran antar remaja di Desa Saentis.
Acara sosialisasi pencegahan tawuran antar remaja di lakukan di aula desa Saentis pada tanggal 11 Januari 2024 bertujuan mengajak para remaja untuk membangun betapa pentingnya memabangun kesadaran diri, dan dampak bahaya yang ditimbulkan dari tawuran baik untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungan setempat. Membangun kesadaran diri dalam untuk mencegah tawuran antar remaja adalah kunci utama agar menciptakan lingkungan yang aman dan damai. Kesadaran diri membantu remaja untuk lebih memahami diri mereka sendiri, mengelola emosi dengan bijak, dan membangun hubungan positif dengan orang lain. Tawuran antar remaja tidak hanya sekedar sekedar bentrokan fisik, namun juga mencerminkan bentuk emosional yang tidak stabil dan kurangnya pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain selain itu peran orang tua, sekolah, dan aparat keaman juga sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlunya menggali lebih dalam tentang diri remaja dan membantu mereka mengenali potensi konflik sebelum berkembang menjadi bentrokan fisik yang merugikan.
Pertama-tama, penting untuk membimbing remaja dalam mengenali dan memahami emosi mereka. Mereka perlu tahu bahwa emosi adalah bagian alami dari kehidupan, namun penting untuk dapat mengendalikannya dengan bijak. Dengan mendalami emosi, mereka dapat belajar mengatasi konflik dengan cara yang lebih konstruktif. Selanjutnya, kesadaran diri juga melibatkan pemahaman terhadap nilai-nilai dan tujuan hidup mereka. Remaja perlu dituntun untuk merumuskan tujuan yang positif, sehingga mereka memiliki arah yang jelas dalam hidup. Dengan memiliki visi yang kuat, remaja akan cenderung menghindari tauran yang tidak memiliki kontribusi positif terhadap perkembangan pribadi dan sosial mereka.
Kemudian peran orang tua juga menjadi sangat penting untuk membangun kesadaran dalam mencegah tawuran antar remaja. Mereka memiliki peran sebagai pendidik, pelindung, pengarah, penasehat, dan penanggung jawab dalam mengatasi tawuran remaja. Orang tua juga harus memberikan perhatian, kasih sayang, serta menanamkan nilai-nilai moral dan etika sejak dini. Selain itu, keberhasilan anak dalam mencegah tawuran sangat dipengaruhi oleh peran orang tua dalam memberikan pengawasan, pengarahan, dan kontrol yang tepat terhadap anak-anak mereka. Orang tua juga memiliki tanggung jawab penuh dalam perkembangan perilaku dan pendidikan anak, sehingga tidak dapat menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah. Oleh karena itu, melalui peran aktif orang tua, kesadaran dalam pencegahan tawuran antar remaja dapat dibangun secara efektif.
Melalui kegiatan Pengembangan Masyarakat dan Sosialisasi diharapkan dapat menciptakan budaya di mana komunikasi terbuka dan empati menjadi normal. Remaja yang memahami diri mereka sendiri akan lebih mampu memahami orang lain, membangun hubungan yang kuat, dan memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi untuk menyelesaikan konflik. Dengan demikian, kita tidak hanya mencegah tawuran antar remaja di Desa Saentis, tetapi juga membantu menciptakan generasi yang penuh pengertian, bertanggung jawab, dan siap membangun masyarakat yang damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H