Inisial ES diduga adalah Edward Snowden yang disebut oleh Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai aktor di balik penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menghadiri G-20 di Inggris. Di media asing, penyadapan itu diduga dilakukan oleh pihak intelijen Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Perlu diketahui program yang dibocorkan oleh Snowden adalah PRISM yang mampu menyadap percakapan via internet dan telepon. Kegiatan mata-mata itu disebut oleh kelompok Fairfax Media dari Australia mampu menyusup ke jaringan keamanan Blackberry atau ponsel pintar untuk memantau email dan panggilan masuk para delegasi. Intelijen juga menyadap jaringan kafe internet di mana program penyadapan email dan perangkat lunak mata-mata untuk password email yang digunakan oleh para delegasi.
Kegiatan mata-mata itu berlangsung sekitar bulan April 2009 dan berjarak tiga tahun atau tepatnya pada bulan Juni 2013 dari pengungkapan Snowden tentang adanya aktivitas intelijen yang dilakukan oleh jaringan intelijen AS ke koran The Guardian. Artinya pada tahun 2009 Snowden masih bekerja di bawah lembaga keamanan Amerika Serikat. Dari rekam jejaknya di lembaga mata-mata, Snowden sempat menjabat asisten teknis di lembaga intelijen CIA dan juga mantan karyawan di National Security Agency (NSA).
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Marciano Norman hanya menyebut inisial ES dalam aksi penyadapan itu. ES disebut hendak menimbulkan ketegangan negara-negara anggota G20. Kenapa BIN menuduh kepada ES bukan kepada negara penyadap di mana terduga bekerja?
Marciano sempat menjelaskan bahwa informasi seoal ES ini masihlah informasi awal dan belum final, termasuk soal kebenaran adanya penyadapan yang dilakukan kepada rombongan SBY.
" Walaupun kebenaran akan informasi itu perlu pendalaman lebih lanjut," kata Marciano beberapa waktu lalu.
Sebagai kepala badan intelijen, seharusnya Marciano mengetahui bahwa anggota Intelijen seharusnya tidak bekerja sendiri karena bekerja dan juga alat negara. Seperti pada kasus yang tertangkapnya 10 agen rahasia Rusia di AS pada tahun 2010. Pihak AS tidak menyebut para agen itu sebagai pelaku namun menunjuk negara asal agen-agen itu.
Sebaliknya di Rusia pada bulan Mei lalu menangkap seorang agen Amerika yang mencoba merekrut seorang anggota intelijen Rusia. Pria bernama yang ditangkap itu bernama Ryan Fogle dan bersama dia ditemukan peralatan menyamar, uang tunai dan kompas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H