Kondisi permukaan tanah Jakarta yang lebih rendah dibandingkan dengan permukaan laut di pesisir sudah berulang kali digaungkan. Sayangnya, hal tersebut belum mampu menyadarkan masyarakat betapa pentingnya bergaya hidup ramah lingkungan dan menggunakan produk rendah emisi sehingga diet karbon bisa dilakukan dari hal yang paling sederhana sekalipun.
Kondisi ini diperparah dengan opini sebagian masyarakat yang menganggap bahwa perubahan iklim tersebut tidaklah nyata. Padahal jika kita sadar, bahwa di tahun 2022 yang akan segera berakhir ini hampir sepanjang tahun selalu diguyur hujan.
Hal senada juga disampaikan oleh Agung Bimo Listyanu, CEO Carbon Ethics pada saat saya menghadiri acara Net Zero Hero yang digagas oleh Danone Aqua dalam satu sesi diskusi berbarengan dengan acara IDEAFEST 2022 di JCC, Jakarta 26 November 2022.
Mas Bimo mengungkapkan bahwa suhu bumi meningkat sehingga menyebabkan lebih dari 15% area daratan global terpapar tingkat tekanan panas yang berdampak langsung pada kesehatan. Mungkin belakangan ada yang merasakan batuk tak berkesudahan karena udara dan polusi serta kondisi cuaca yang mudah berubah. Paginya panas mentereng, siang hingga sorenya hujan mengguyur hingga malam.
Sayangnya masih menurut mas Bimo bahwa setiap menit kita kehilangan area hutan seluas 10 lapangan sepak bola. Padahal seperti yang kita tahu bahwa keberadaan hutam sangat penting dalam menyerap emisi karbon dari atmosfer.
Mas Bimo bahkan menyadarkan audience bahwa hampir semua orang punya kontribusi dalam menyumbang karbon di bumi. Contoh sederhana adalah penggunaan kendaraan pribadi. Bahkan Bimo menambahkan bahwa perilaku yang paling banyak menyumbang emisi adalah penggunaan pesawat terbang kelas bisnis.
Alasannya sederhana karena kelas bisnis punya kursi yang lapang tapi secara tidak sadar emisi karbon yang kamu sumbang lebih banyak dibandingkan dari mereka yang jalan kaki atau memilih transportasi umum jalur darat yang lebih ramah dibandingkan dengan pesawat terbang.
Lalu dimana peran Danone Indonesia dalam upaya untuk memerangi perubahan iklim dengan mengurangi jejak karbon dalam rantai pasokannya?