Film garapan anak-anak MSV Studio dari kota pelajar ini menceritakan kisah tentang Musa dan Yumna yang ikut berjuang pada saat jelang peristiwa 10 November 1945 saat sekutu berusaha kembali menduduki Indonesia.
Mas Ary mengakui bahwa genre film animasi ini mengikuti gaya animasi Jepang sehingga benar-benar kental terasa sekali saat pertama kali menontonnya. Bukan tanpa sebab, karena dalam film tersebut juga dikisahkan kelompok kipas hitam yang benar-benar ada dalam sejarah tetapi jarang diketahui orang banyak.
Dalam novelnya yang ditulis sendiri oleh sang Sutradara, Kipas hitam diberikan bab khusus yang diceritakan pada bab 5 Halaman 61, dengan judul buku Battle of Surabaya (There is no glory in war!).
Film animasi yang mendapatkan banyak penghargaan karena membawa pesan universal ini bercerita bahwa kipas hitam adalah sebuah organisasi yang dibentuk oleh Hitoshi Shimizu di zaman penjajahan Jepang di bawah Sendenbu. Sendenbu sendiri adalah bentukan kekaisaran Jepang yang berdiri pada Agustus 1942 dengan misi propaganda di Pulau Jawa.
Pendiri Kipas Hitam akhirnya ditangkap oleh belanda dan organisasi itu pun menjadi kehilangan arah bahkan berseberangan dari perjuangan arek-arek Suroboyo.
Dalam film diceritakan semula Yumna merupakan pasukan elite Kipas Hitam namun akhirnya ia keluar karena sudah tidak sejalan dengan perjuangan. Sementara itu Danu, sosok yang menyelamatkan Yumna tetap berada di dalam organisasi dan informan bagi kelompoknya tersebut. Danu berperan ganda, sebagai anggota pasukan PETA sekaligus anggota Kipas Hitam.
Kegiatan yang digagas oleh SATU BSD Sinar Mas Land ini patut kita apresiasi. Meskipun filmnya memang tidak booming di Indonesia, tapi menurut saya ada pesan yang sangat kuat yang hendak disampaikan.
Panji Himawan, Corporate Communication & Public Affair Division Head President Office Sinar Mas Land, berharap bahwa ada insan-insan animasi lainnya yang bisa berperan dan berkiprah dalam film animasi lokal hingga dunia.